CIAMIS, BEREDUKASI.Com — TRAGEDI Tewasnya 11 orang Santri yang menggegerkan dan menjadi sorotan Dunia Pendidikan. Seakan menjadi topik perbincangan bagi semua kalangan. Tak terkecuali seorang Seniman atau Jurnalis hingga pengelola portal media, bahkan pihak kepolisian
Tewasnya 11 orang Santri atau Siswa-siswi MTs Harapan Baru Cijantung, Cijengjing, Kabupaten Ciamis. Saat digelar kegiatan susuri sungai oleh pihak sekolah itu, mempergunjingkan kesiapan hingga perlengkapan sarana keamanan sebelumnya.
Anggota Kepolisianpun segera melakukan olah TKP (Tempat Kejadian Perkara) hingga melakukan investigasi, penyelidikan kejadian tersebut. Untuk mengetahui asal muasal penyebab tragedi mengagetkan itu.
Peristiwa susur sungai membawa petaka 11 nyawa melayang dengan mudah. Seniman yang juga pegiat Seni asal Ciamis, Noer Je Em dalam laman faceebook pribadinya mengomentari peristiwa naas tersebut.
Menurutnya, korban tidak seharusnya disikapi dengan menjauhkan siapapun dari sungai. Sebab sungai bagai urat nadi yang menopang kehidupan. Mengirim air dari mata air di pegunungan dan limpasan hujan dari hulu hingga hilir bertemu laut di muara.
‘Susur sungai salasatu bentuk kegiatan menarik, menantang dan berorientasi kembali ke alam,’ tulisnya dalam laman tersebut.
Disebutkan, setiap kegiatan susur sungai harus dengan persiapan yang matang tidak boleh dilakukan sembarang.
‘Standar keselamatan dengan memperhitungkan medan dan cuaca, pendampingan yang benar dan persiapan peserta yang tepat,’ tambahnya.
Susur sungai, tulisnya lagi, sebenarnya tak selalu harus melintas, melewati palung atau badan sungai.
‘Bisa juga sekitar sempadan sungai untuk menghindari resiko yang berbahaya,’ tulisnya dalam laman tersebut. Bahkan dikatakan, susur sungai perlu mempertimbangkan tujuan.
‘Apakah untuk Olahraga, Lintas Alam, Bersih Sungai hingga Pengenalan Alam atau Pengukuran Morfologi, Identifikasi Sumber Pencemaran Air, Identifikasi Flora Fauna atau sekadar Leisure untuk Wisata,’ cetusnya.
Masih dalam laman yang sama, semua itu akan terkait waktu, jarak tempuh, dan hal lain yang harus disiapkan.
‘Jika untuk durasi dan jarak jauh, mutlak diperlukan Pemandu Lapangan, Pengawas Hulu, Peta Kawasan Sungai,: imbuhnya.
Ditegaskan, Pembina atau Pembimbing yang mempunyai nilai kompetensi layak serta l peralatan dasar harus disiapkan seperti Tali, Pelampung, Senter, Jas Hujan dan Peluit.
‘Peserta Susur Sungai juga harus mengenakan pakaian sesuai, yang tidak berpotensi membahayakan diri mereka saat berkegiatan.
:Mengenalkan sungai sebagai sebuah ekosistem,’ jelasnya
Dijelaskan, membangun kesadaran pentingnya melestarikan DAS (Daerah Aliran Sungai), dan menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk memelihara sungai adalah sebuah upaya yang mulia.
Berupaya, berdaya, bergaya, bahagia dan bahaya tidak jauh jaraknya. Pahami alam lebih dalam. Kita jaga alam. Alam jaga kita.
Masih dalam facebook milik Faizal Amiruddin seorang pemilik Portal media dan jurnalistik di wilayah Pangandaran. Menyebutkan, pihaknya merasa prihatin dan bela sungkawa atas insiden kejadian tersebut.
‘Tak menyediakan pelampung mungkin masih bisa dimaklumi karena jumlah siswa 150 orang. Tapi kalau sampai benar bahwa panitia kegiatan, tak membentangkan tali untuk pegangan saat menyeberang sungai, rasanya kabina-bina teuing,’ cetusnya.
Diharapkannya, pihak yang berwenang, dalam hal ini pihak Kepolisian bisa cepat mengungkap kronologi dan penyebab tragedi ini.
‘Tentunya agar simpang siur informasi segera terjawab. Dan kita bisa memetik pelajarannya,’ pungkasnya. (Ombik).