Jakarta, BEREDUKASI.Com — MANTAN Presiden Direktur PT Lippo Cikarang, Tbk yang menjadi tersangka kasus dugaan suap Mega Proyek Meikarta, Bartholomeus Toto, sebagaimana diketahui. Telah rmengajukan Praperadilan melawan KPK dan sedang menunggu putusan dari Hakim Praperadilan PN Jakarta Selatan, Sujarwanto SH., MH.
Praperadilan didaftarkan Toto melalui Pengacara-nya, Supriyadi, ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Rabu (27/11/2019). Berkas praperadilan diterima PN Jaksel dengan nomor register: 151/Pid.Pra/2019/PN/Jkt Sel.
Menurut Supriyadi gugatan Praperadilan ini, merupakan upaya hukum dari Toto. Supriyadi dan juga kliennya menilai penetapan tersangka terhadap Toto oleh KPK keliru. Karena penetapan status tersangka oleh KPK tersebut, hanya berdasarkan Satu Alat Bukti yakni keterangan dari Edi Dwi Soesianto, dalam persidangan kasus Meikarta di Bandung.
Dengan keterangan dari Edi Soes itu, bahwa Toto mengetahui pemberian uang. Tapi Toto menyatakan tidak benar. Ini juga menurut dirinya (penetapan tersangka) hanya satu keterangan dari Edi Soes. Sementara Bukti Surat atau uang tidak ada, hanya keterangan Edi Soes yang mana keterangan itu juga. Sedang diuji setelah kita melapor ke Polrestabes Bandung.
“Maka dengan pernyataan itu kita laporkan Fitnah dan Pencemaran Nama Baik. Laporan Polisi No. STPL/2019/IX/2019/JBR/POLRESTABES Tgl 10 September 2019. Begitu juga, hasil laporan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan No. B/3479/XI/2019/Reskrim Tanggal 12 November 2019, sudah kami ketahui,” ungkapnya kepada wartawan, Senin (13/1/2020).
Dijelaskannya Dalam sidang pembuktian, pihaknya menghadirkan Saksi Ahli Pidana Septa Chandra.
Dalam kesaksian, Saksi dengan tegas mengatakan bahwa seseorang tidak bisa ditetapkan sebagai tersangka. Hanya dengan menggunakan Satu Alat Bukti.
“Penyidik KPK harus dapat menemukan 2 Alat Bukti, permulaan yang cukup baru bisa menetapkan seseorang sebagai tersangka sesuai dengan aturan KUHAP,” ujarnya
Ditegaskan Supriyadi Saksi ahli yang kami hadirkan juga mengungkapkan, KPK tidak bisa menggunakan Protap atau aturan Internal tanpa mengindahkan ketentuan KUHAP.
“Walaupun KPK beralasan penetapan tersangka di KPK sudah ada aturannya atau “lex spesialis”. Tapi aturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan perundang undangan yang lebih tinggi yaitu KUHAP,” tegasnya.
Supriyadi menyebutkan Toto menyangkal seluruh sangkaan KPK terkait adanya uang Rp.10 Miliar dari dirinya dan Lippo Cikarang, Tbk. Untuk mengurus perizinan Proyek Meikarta. Ia menilai penetapan tersangkanya oleh KPK tak cukup alat bukti.
“Kasus ini kan bukan OTT, tidak ada uang samasekali yang diambil dari saya. Tidak ada bukti samasekali bahwa ada uang keluar Rp.10 Miliar dari Lippo Cikarang,” katanya
Lebih lanjut Supriyadi menyatakan kliennya ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) Nomor: Sprin. Dik/67/DIK.00/01/07/2019 tanggal 10 Juli 2019, atas Dasar Laporan Pengembangan Penyidikan Nomor: LPP/08/DIK.02.01/23/06/2019 tanggal 24 Juni 2019. Dan untuk itu dalam Petitum kami berharap Hakim mengabulkan permohonan kami dan membebaskan Klien kami dari tahanan.
“Tindakan KPK yang menetapkan pak Toto sebagai tersangka tidak sah dan batal demi Hukum. Oleh karenanya, kami berharap besok Selasa (14/1/2020) Hakim Tunggal yang Mulia Bapak Sujarwanto, SH., MH dapat mengabulkan permohonan kami. Serta memerintahkan KPK membebaskan Klien kami dari tahanan,” pungkasnya. (***).