Penulis : Kustanto, M.Pd, Kepala SDN 048 Sirnamanah Kota Bandung.
Bandung, BEREDUKASI.Com — MA NUSIA pada kodratnya adalah makhluk sosial yang akan terjadi interasi antara satu dengan lainnya.
Interaksi ini dapat terjadi di sekolah, di rumah dan di masyarakat, dapat berupa interaksi langung ataupun interaksi tidak langsung. Di sekolah adalah salasatu contoh interaksi langsung antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan pegawai sekolah dan antara guru dengan guru.
Pada interaksi di sekolah ini mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai tujuan pendidikan yang telah tertuang dalam tujuan Pendidikan Nasional.
Hasil dari interaksi ini pasti tujuannya sangat baik dan mulia dan dapat terukur keberhasilannya dan dapat terkontrol dalam pelaksanaanya. Dan apabila tejadi penyimpangan dalam prosesnya ramai-ramai orang tua, pemangku kebijakan dan kepolisian memantau dan memprosesnya.
Harapan semua pihak bahwa ingin mencapai pendidikan yang bermutu, siswa berkarakter dan menjadi generasi penerus yang handal demi menjaga keutuhan NKRI. Karena itu guru sebagai ujung tombak pendidikan dalam era keterbukaan informasi sangat berat tugas yang harus diembannya.
Berkaca dari kasus yang ada di Jawa Timur, di Sulawesi dan terakhir di Yogyakarta, betapa mirisnya hati kita mengingat kejadian ini. Pembelajaran bagi kita semua bahwa penghargaan terhadap seorang guru tidak tebatas pada materiil semata akan tetapi penghargaan dan penghormatan tehadap profesi guru. Orang yang telah mentranfer ilmu dan kemampuannya untuk mencerdaskan generasi penerus.
Hal ini adalah tugas kita semua untuk menempatkan kembali hakekat pendidikan pada jalur yang telah dirumuskan dan dicita-citakan para pendiri negeri ini. Terjadinya kasus yang terjadi dibeberapa daerah akhir-akhir ini, karena adanya pengaruh interaksi yang terjadi di rumah dan di masyarakat.
Interaksi ini kurang ataupun jarang memperhatikan penanaman karakter yang baik kepada anak-anak. Memang tidak dipungkiri adanya keterbukaan ini, informasi ini menjadi banjr bandang yang sangat dasyat mengikis secara perlahan dan pasti nilai-nilai kebaikan dari karakter bangsa ini.
Apalagi sekarang adalah tahun politik, semua bisa dibolak balikan sesuai dengan skenario pembuat. Yang merah bisa menjadi putih, putih menjadi hitam semua terpampang jelas dihadapan kita.
Lalu apakah mereka memahami/ mengerti bahwa berakibat, terhadap pengikisan nilai-nilai karakter kebaikan. Di medsos, televisi mereka mengumbar kata kata maut saling menjatuhkan, saling serang dengan permainan kata-kata yang sangat tidak baik, bagi pendidikan anak anak mereka.
Saling sebar Hoax mengatas namakan Demokrasi, untuk meraih tujuan kekuasaan dengan mengorbakan generasi mendatang.
Jadi jangan salahkan putra-putri kita ada tawuran antar sekolah, antar warga masyarakat, karena memang sudah dicontohkan oleh orang-orang diatas sana yang sering keluar di televisi dan medsos.
Kami hanya mempunyai harapan agar pendidikan karakter disekolah ataupun dimasyarakan akan berhasil apabila :
Kita kembali keakar kebudayaan kita, penghormatan kepada yang lebih tua dan mengayomi ke yang lebih muda ditanamkan kembali. Hal ini bukan berarti bahwa guru sebagai pendidik gila penghormatan, tetapi rasa terima kasih atas jasa bapak dan ibu guru.
Meletakkan kebali dasar dasar kehidupan dengan dilandasi dasar keagamaan yang dianutnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak mementingkan agama atau golongannya.
Para pemilik media baik cetak maupun elektronik bisa memilih dan memilah informasi yang disebarkan kemasyarakat. Ini bukan membatasi kreatifitas dan pendapat Jurnalis, tetapi dapat menempatkan waktu yang tepat untuk mempublikasikan ini. Karena penonton dan pendengar berita atau informasi dari segala golongan dan umur. Jadilah media yang bijak.
Namun kami masih sangat percaya dan hormat kepada bapak dan ibu sebagai pendidik. Mampu menanamkan pendidikan karakter yang baik untuk putra putri kita. Tapi tak salah apabila kita sebagai pendidik mempunyai angan-angan dunia pendidikan akan lebih baik secara kuantitas maupun kualitas.
Janga putus semangat, karena sebenarnya beban yang berat ada di pundak bapak dan ibu pendidik, untuk kelestarian dan kemajuan negara kita. **