Bandung, BEREDUKASI.Com — SEKARANG ini “Digitalisasi” sudah merambah ke berbagai lini kehidupan. Satu sisi dengan tekhnologi informasi yang begitu canggih memudahkan untuk melakukan aktivitas. Tetapi dari sisi lain membawa efek negatif, menginggat anak-anak dengan mudahnya mengakses hal-hal belum patut mereka lihat seperti situs pornografi.
Dengan menyikapi hal inilah dalam upaya “Membela Hak Kaum Perempuan dan Ketahanan Keluarga”. Sebagai “benteng” untuk menangkal berbagai macam pengaruh “Digitalisasi” menjadi tujuan utamanya. Apalagi berbagai media sosial (medsos) saat ini, sedikit banyaknya mempengaruhi kehidupan umat di Jagat Raya ini.
Ya….itulah sosok seorang Tia Muthiah Umar, perempuan tangguh kelahiran Bandung, 4 Maret 1971. Buah kasih dari pasangan Umar Ahmad dan Siti Maemunah (almarhumah). Saat silaturahmi dan berberdialog dengan para Pengurus PWI Kota Bandung dan para Pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Jawa Barat, di Jl. Panaitan 23, Rabu (20/2/19).
Tia Muthiah memang terdidik dari keluarga muslim yang sangat menekankan akan pentingnya ber’amal bagi sesamanya. Tidak mengherankan, jika mantan Wakil Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba (Universitas Islam Bandung) ini. Menjadi sosok seorang perempuan yang sangat peka akan Kebaikan, Berwatak Amanah, Disiplin dan Pekerja Keras. Terutama dalam membela hak-hak kaumnya.
“Benteng utama untuk menangkal berbagai pengaruh sosial adalah keluarga. Di era “Medsos” ini, telah memaksa kita untuk lebih peka dalam menyikapi, menggunakan, maupun menangkal berbagai dampak negatif “Medsos” bagi keluarga. Terutama anak-anak, kita yang sudah dewasa ini. Bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Tetapi bagi anak-anak, jika sudah terpengaruh dengan konten pornografi. Akan sangat sulit untuk memperbaikinya, daripada pengaruh atau dampak dari narkoba,” papar Tia Muthiah Umar ini, dengan nada bicara sangat serius.
Menurutnya, tanggungjawab moral untuk internal keluarga adalah tanggungjawab kaum perempuan. Sehingga ketangguhan seorang ibu rumah tangga, untuk membentengi keluarga dari berbagai pengaruh luar. Menjadi tanggungjawabnya.
Sementara untuk para suami, mempunyai tanggungjawab yang lebih besar, selain memikul beban moril dan materil keluarga. Juga menjaga stabilitas negara berdasarkan profesinya.
“Seorang ibu rumahtangga itu harus “kuat” dan “peka”, terhadap berbagai pengaruh luar terhadap keluarga terutama anak-anak,” tegas wanita yang kesehariannya ini menjadi Dosen di Unisba hingga saat ini.
Menelaah berbagai aspek inilah yang mendorong Tia Muthiah Umar untuk melibatkan diri. Dan bergabung dengan berbagai Organisasi Lembela Hak Perempuan. Diantaranya menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Barat, Wakil Ketua Badan Kerjasama Wanita Islam Jawa Barat, serta pegiat sosial kemasyarakatan peduli pada permasalahan umat generasi bangsa. Sedangkan untuk organisasi yang berbau politik, ia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Pansel Bawaslu Jabar.
Bahkan untuk lebih banyak berkiprah lagi memperjuangkan hak perempuan, keluarga serta mensejahterakan masyarakat, bangsa dan negara.
Dan sekarang Tia Muthiah Umar, berkeinginan untuk maju sebagai Calon Aggota DPD RI. Hal ini menurutnya, merupakan pilihan politik untuk mewujudkan impian. Sekaligus tanggungjawab moral yang diembanya itu. (HKS)