Bandung, BEREDUKASI.Com — MELESTARIKAN budaya merupakan hal yang sangat penting. Mengingat bahwa jati diri sebuah bangsa berada di sana.
Begitu pun dengan “Toekang Saeh” yang merupakan kumpulan beberapa pengrajin “daluang”. Tujuannya tentu agar salasatu warisan budaya dapat selalu terjaga.
Eman Hermawan, salasatu penggerak dan pengrajin “Toekang Saeh” menjelaskan, bahwa “Daluang” sendiri, merupakan istilah bahasa Jawa. Sementara dalam bahasa Inggris disebut “papper mulberry” dan bahasa latin dinamakan dengan “Brossonetia papyrifera”.
“Daluang adalah kulit kayu dari jenis pohon ara yang biasanya dijadikan kertas atau manuskrip jaman dulu yang diawetkan,” jelas Eman.
Jika biasanya “Daluang” hanya dibuat untuk kertas. Saat ini “Toekang Saeh” sedang mengembangkannya juga untuk dibuat baju, lampu dan berbagai macam variasinya.
“Toekang Saeh sendiri dibentuk sejak tahun 2006. Oleh kang Mufid dan Ceu Ratna untuk mengangkat kembali “Saeh”atau “Daluang”. Saya sendiri bergabung akhir tahun lalu,” tutur Eman.
Eman menerangkan bahwa sebetulnya banyak peneliti dari luar negeri datang ke Kota Bandung. Untuk memperdalam masalah “Daluang”. Sebab itu “Toekang Saeh” juga berkontribusi untuk memperkenalkan “Daluang”.
“Kami disini sebagai “sosiopreneur”, yaitu tidak hanya sekadar menjual “Daluang”. Tetapi memberikan “edukasi” lewat kegiatan-kegiatan festival. Saat ini kami juga berkerjasama dengan desainer untuk membuat “ecofashion”. Begitu pun dengan para seniman untuk menggambar diatas “Daluang”,” terangnya.
Menurut Eman, “Daluang” sempat menghilang karena produksinya sempat terhenti. Tahun 60-an hanya beberapa orang yang bisa membuat kertas tersebut.
“Dulu yang paling terkenal “Daluang” yang ada di Ponorogo, Madura dan Garut. Tetapi setelah itu, tidak ada lagi yang membuatnya,” ujar Eman.
Kedepannya “Toekang Saeh” berharap, dapat memiliki tempat yang pas untuk memproduksi hasil kreatifias dari “Daluang”. Selain itu diharapkan dapat membuka “workshop”. Karena banyak orang yang ingin meneliti tentang “Daluang” ataupun untuk mempelajarinya.
“Rencana ke depan kami akan membuat Pameran “Daluang” dalam rangka 60 tahun Diplomasi antara Jepang dengan Indonesia. Terlebih negara kita memiliki 3 “Sister City” dengan Jepang yaitu Hamamatsu, Toyota dan Kawasaki,” terang Eman.
Eman juga menambahkan bahwa “Toekang Saeh” berharap, bahwa usaha yang tengah dilakukannya ini. Dapat membuat masyarakat lebih Mengenal, Menggemari dan Mengapresiasi “Daluang” ini. (Tiwi Kasavela)