Bandung, BEREDUKASI.Com — BERKEINGINAN membangun dan memperbaiki negara adalah mimpi dari Kristin Engjelima Julwinda Nomleni atau yang akrab disapa “Vera”
“Saya ingin memulai dari daerah saya sendiri yaitu NTT sebagai seleksi alam untuk berkontribusi bagi pembangunan, tanpa banyak berpidato melainkan bekerja,” terangnya yang lahir di Kupang, 6 Juli 1995.
Mahasiswi Pascasarjana Universitas Padjadjaran (UNPAD) Fakultas Ilmu Komunikasi semester 2 konsentrasi Humas ini. Juga bercerita bahwa ia disamping sibuk kuliah juga terus aktif di beberapa organisasi seperti di Komunitas Bela Pancasila Jawa Barat.
“Sementara itu jika di daerah asal saya juga sempat menjadi Pembimbing dan Pembentuk Komunitas Tongkrongan Orang Muda Kreatif dan Edukatif. Saya juga juga anggota Komisariat Salomo Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia untuk wilayah Kota Kupang dan relawan di Srikandi Yayasan Tunas Muda,” terangnya yang juga merupakan relawan di Rumah Baca Potensial Sahabat Jiwa.
Untuk prestasi, secara akademik Vera pernah menjadi Juara Umum saat SMA dan wisuda tepat waktu dengan IPK 3.52 atau “Cumlaude”
Sementara itu di bidang organisasi. Ia menjadi Wanita Pertama yang memegang jabatan sebagai Ketua Optimalisasi Student Day 2016 atau yang biasa disebut Opssy Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana 2016 yang biasa disebut ospek atau “Mabim” sambil memangku jabatan sebagai wakil sekretaris BLM FISIP UNDANA 2016/2017.
Diakhir-akhir perjuangan menyelesaikan skripsi sebelumnya, Vera juga pernah menjabat sebagai Ketua Pelaksana Temu Ilmiah pada tingkat jurusan tahun 2015/2016. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua di Komunitas Tongkrongan Orang Muda Kreatif dan Edukatif tahun 2016-2017.
“Hidup yang saya maknai adalah bekerja tanpa banyak bicara, membantulah tanpa memandang apa atau bagaimana. Hidup itu adalah kita, maka perbuat segala sesuatu menjadi positif dimanapun hidup itu dijalani,” terang pemilik tinggi 155 CM.
Pemfavorit warna hitam, merah dan hijau serta penikmat bakso dan sei daging asap khas kupang juga sambal luat itu. Bercerita bahwa ia hobi bernyanyi sebagai ruang untuk menghibur diri sendiri dan orang lain.
“Untuk cita-cita sebenarnya dulu sempat terpikir untuk menjadi seorang penyanyi. Namun kedepannya saya ingin menjadi Dosen, Pebisnis dan anggota DPR. Alasannya karena saya ingin membantu mengembangkan pendidikan dan membuka lapangan pekerjaan setiap warga di daerah saya. Agar tidak menjadi korban TKI diluar negeri, serta bisa mendengar dan menyatakan aspirasi rakyat tanpa banyak argumentasi tapi bekerja,” tandas pemilik motto Jadikan Tuhan sebagai totalitas dari setiap usaha dan kerja kerasmu takkan mustahil.
“Tokoh idola saya adalah Tuhan yang penuh kasih ketegasan dan totalitas dalam menyelesaikan tugasnya menyelamatkan umat manusia. Selain itu saya juga mengagumi sosok Ir. Soekarno yang kharismatik dan mempunyai perjuangan yang harus diteruskan yaitu Pancasila dan NKRI harga mati,” terangnya.
Vera juga menambahkan bahwa ia pun mengagumi Agnes Mo yang totalitas. Serta tidak tanggung-tanggung dalam penyelesaian tugas dan keinginannya mencapai tujuan.
“Saya juga menyukai tokoh kartun Shinchan, karena bagi saya, karakternya menarik dengan sangat polos jujur dan juga penyayang dengan sikap-sikap konyolnya. Saya rasa, negara ini butuh orang jujur meski sering ditertawakan. Namun ia tetap menjadi dirinya, saya belajar dari Shinchan tentang kejujuran,” terang sulung dari 5 orang bersaudara.
Sementara itu, sosok yang menginspirasinya adalah ayah dan ibunya yang selalu kuat dan luar biasa sebagai orangtua.
“Saya belajar tentang kegigihan dan ketegasan dari ayah. Sementara dari ibu, saya belajar mengenai cinta kasih dan sayang yang selalu menjadi kekuatan dan menginspirasi saya. Menjalani hidup seperti mereka yang memulai semua dari nol,” ulasnya.
Bagi Vera, do’a dan harapan disertai kerja keras, adalah apa yang membuatnya selalu bersemangat dalam menjalani hidup ini.
“Tidak ada hidup yang tidak menyenangkan, semua hal butuh proses tapi nikmatilah proses itu dengan do’a dan kerja keras, karena itulah hidup,” pungkasnya sore itu. (Tiwi Kasavela)