Purwakarta, BEREDUKASI.Com — SIANG itu Rabu (24/10/18) di Madrasah Adabiyah Islam (MAI) Purwakarta. Terdengar lantunan suara para siswa melantunkan ayat suci Al-Quran di salasatu ruang kelas.
Terlihat sebanyak 20 siswa hendak dibimbingan Tahfidz Quran, oleh seorang anak laki-laki berpakaian hitam putih dan mengenaka kopiah songkok dikepalanya.
Tidak lain anak laki-laki tersebut, adalah satu-satunya guru Tahfidz di sekolah itu. Bernama lengkap lebih Pl Wandi Syahputra Hasibuan, seorang guru Hafidz asal Aceh Singkil.
“Baru dua tahun aku mengajar Tahfidz di Pulau Jawa,” kata anak asal Aceh Singkil.
Motivasinya membina kader Tahfidz di Pulau Jawa, terlebih di Purwakarta. Karena keinginannya untuk melihat ibu kota Jakarta.
“Karena penasaran melihat masyarakat Jakarta, aku tunda dulu beasiswa ke Turki,” katanya lagi.
Anak laki-laki kelahiran Mandumpang, 22 Mei 1999 ini. Menceritakan pengalamannya bertemu masyarakat Sunda di Jawa Barat yang membuatnya terkagum akan keramahannya.
“Aku baru tahu, kalau orang Sunda Jawa Barat itu sopan sekali. Kalau mereka lewat atau ngambil barang depan orang lain, suka bilang punten….,” kata anak laki-laki lima bersaudara ini.
Pengalaman Wandi dibidang belajar menghafal Al Quran, bermula dari pendidikanya di Pesantren sejak tahun 2016-2017.
Wandi memang sempat berhenti untuk menghafal Al-Quran.
“Pernah sempat vakum sih…dari menghafal Al Quran, tapi pas mau mengambil beasiswa ke Turki, aku ngebut lagi menghafal,” kenangnya.
Wandi Syahputra Hasibuan, memang terlihat seperti anak laki-laki pada umumnya. Tetapi dalam menghafal Al Quran, sangat tidak bisa dipandang sebelah mata.
Kemampuannya dalam menghafal Al Quran, hanya dalam waktu kurang lebih satu tahun dua bulan lamanya. Menurutnya menghafal Al Quran, harus serius dan punya kemauan yang kuat, serta benar-benar ikhlas.
“Yang penting itu serius latihan dan harus rajin introspeksi diri,” ujar anak buah kasih dari pasangan Bahroh Hasibuan dan Suwirdawai Matik.
Anak rantau dari Aceh Singkil ini, merasa senang berada di Purwakarta. Untuk mengamalkan Ilmu Al Quran, walaupun kerap teringat keluarga dan kampung halamannya.
Dengan melihat tatakrama masyarakat Sunda, ia merasa takjub. Bahkan ia berniat menginginkan mendapat jodoh di tanah Jawa Barat ini.
“Betah juga sih… diam di Purwakarta, mudah-mudahan saya mendapatkan jodoh orang sini hahahaha….,” katanya sambil tertawa.
Wandi juga mengaku selama dirinya merantau di Purwakarta. Dan mengajar di Pesantren serta menjadi seorang mahasiswa yang baru menginjak semester ke lima di Al-Muhajirin. Merasa sangat senang dan bahagia.
“Tentunya kalau kuliah aku ngambil bidang yang sama, biar kemampuan yang sedang digeluti semakin matang,” jelas Wandi.
Wandi bertekad untuk mendalami ilmu Al Quran dan Tafsir, selama studi di Purwakarta.
Bahkan Wandi bertekad akan terus mengajar murid-muridnya, untuk menjadi Hafidz yang sukses. (Naurid Ilyasa)