BANDUNG, BEREDUKASI.COM — INFRASTRUKTUR, Pendidikan dan Layanan Kesehatan yang berkualitas. Menjadi kunci kemajuan ekonomi dan sosial suatu negara.
Di Indonesia, warga biasa bisa turut berpartisipasi mendorong pembangunan negara melalui investasi Obligasi Negara Ritel.
Obligasi Negara Ritel adalah Instrumen Keuangan terbitan Pemerintah yang dapat dibeli oleh individu atau Investor Titel. Sebagai imbalannya, investor berhak mendapatkan Kupon (Bunga) obligasi yang dibayarkan pemerintah setiap bulan. Juga menerima pengembalian pokok di waktu yang telah ditentukan.
Dana yang diperoleh dari penjualan obligasi ritel akan digunakan untuk membiayai Proyek-proyek infrastruktur yang dapat membuka peluang Ekonomi Baru. Investasi obligasi ritel juga dapat mendukung pengembangan Sektor Pendidikan dan Kesehatan melalui Pembangunan Sekolah dan Tumah Sakit.
‘Obligasi Negara Ritel memberikan kesempatan bagi individu untuk berpartisipasi membantu pemerintah membiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan sebagai bentuk investasi yang aman dan menguntungkan bagi seluruh warga negara Indonesia,’ papar Pemimpin Divisi Corporate Secretary bank bjb Widi Hartoto.
Widi mengatakan, Obligasi Negara Ritel merupakan investasi Surat Berharga Negara (SBN) yang lebih aman dengan pengembalian pokok 100% saat jatuh tempo. Pajak investasi obligasi juga rendah, hanya sebesar 10%.
‘Investor dapat memperoleh imbal hasil yang bisa menjadi pendapatan tetap berupa kupon obligasi, yang tentunya lebih bersaing jika dibandingkan dengan deposito,’ jelas Widi.
Melalui Produk bjb Obligasi Ritel, bank bjb turut kembali ambil bagian dalam penerbitan obligasi ritel sebagai Sub Mitra Distribusi Surat Berharga Negara (SBN) Ritel Seri ORI024. Ada dua pilihan tenor yang ditawarkan, yakni tenor tiga tahun atau ORI024-T3 dan tenor enam tahun atau ORI024-T6.
Minimum pemesanan ORI024 sebesar Rp.1 juta atau kelipatannya. Sementara maksimum pemesanan sebesar Rp.5 miliar untuk ORI024-T3 dan Rp.10 miliar untuk ORI024-T6.
Masa penawaran ORI024 berlangsung dari 9 Oktober hingga 2 November 2023. Perhitungan bunga berjalan (Settlement Date) terhitung mulai tgl 8 November 2023.
Kupon akan dibayarkan pada tanggal 15 setiap bulannya. Pembayaran kupon pertama akan dilakukan pada 15 Desember 2023. Sementara tanggal jatuh tempo ORI024-T3 pada 15 Oktober 2026 dan ORI024-T6 pada 15 Oktober 2029.
Kupon yang akan diterima pemegang obligasi sebesar 6,10% p.a (Fixed Rate) untuk ORI024-T3 dan sebesar 6.35% p.a (Fixed Rate) untuk ORI024-T6. Dengan rate di atas 6%, kupon ORI024 pastinya lebih menarik dari SBN Ritel sebelumnya.
Pemegang obligasi juga berkesempatan mendapatkan Cashback berupa saldo tabungan yang akan diterima dengan cara ditransfer ke Rekening Nasabah.
Transfer dilakukan selambat-lambatnya 30 hari setelah Settlement.
‘Cashback berlaku untuk nasabah perorangan yang melakukan pembelian ORI024 melalui bank bjb. Cashback dihitung berdasarkan akumulasi investasi ORI024 yang dipesan selama periode penawaran,’ kata Widi.
Pemesanan ORI024 bisa dilakukan melalui infobjb.id/sbn dengan syarat mudah. Calon pembeli harus memiliki rekening simpanan dan rekening efek di bank bjb, serta mengisi profil risiko.
Obligasi Negara Ritel hadir sebagai instrumen yang efektif dan inklusif. Tetapi tak hanya memberikan potensi keuntungan, Obligasi Negara Ritel juga memiliki risiko kerugian jika dijual sebelum jatuh tempo yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang mempengaruhi pasar keuangan. Seperti perubahan tingkat suku bunga, nilai tukar, dan harga obligasi.
Risiko-risiko yang timbul dari obligasi ritel tidak menjadi tanggung jawab bank bjb sebagai Agen Penjual Produk Obligasi.
Instrumen investasi ini juga bukan bagian dari simpanan pihak ketiga pada bank bjb sehingga tidak dijamin oleh bank bjb dan atau lembaga penjamin simpanan milik pemerintah.
Obligasi Negara Ritel mengandung risiko yang memungkinkan investor kehilangan sebagian atau seluruh modal yang diinvestasikan. Setiap pilihan atas produk obligasi yang dibeli merupakan tanggung jawab dan keputusan investor sepenuhnya, termasuk apabila investor memilih jenis produk yang tidak sesuai dengan Profil Risiko. (***).