FeaturedFigurPerguruan Tinggi

Yukap “Membaca atas Nama Tuhan, Menulis untuk Keabadian”…..!

0

Bandung, BEREDUKASI.Com — MEMAKNAI hidup bagi Supriatna atau yang akrab disapa “Yukap” adalah hal yang selalu menjadi perhatiannya.  Pemilik motto “Membaca atas nama Tuhan, Menulis untuk keabadian” ini. Juga berharap bahwa kedepannya ia ingin merealisasikan dan membebaskan idealisme yang masih terpenjara di dalam “batok kepala”nya.

Mengenai hobi, Pemuda kelahiran Cianjur, 27 Februari 1995 ini mengaku, bahwa ia senang membaca buku, hiking dan traveling. Karena kegiatan tersebut membuatnya sadar bahwa dunia ini luas dan indah, walaupun di sisi lain begitu kontras perbedaannya.

“Kehidupan bisa jadi begitu menyeramkan atau tragedi bagi manusia yang lemah dan pesimis. Peristiwa-peristiwa unik namun paradoks itulah yang membuat saya terus menghasrati kegiatan hobi ini dan juga untuk refreshing dengan terus mengenal dengan belajar pada teks dan realitas konteks,” terang penggemar berat filsafat.

Penyuka warna Hitam dan Merah, serta penggemar Nasi goreng dan Cuangki. “Si Master” ini pun bercerita bahwa ketika hiking ia dapat menyadari bahwa dunia ini luas dan ia merasakan itulah sunyi yang sejati dalam berjuta keramaian makna. Ketika traveling ia dapat mengenal berbagai macam perbedaan di muka bumi ini, mulai dari perbedaan corak hidup masyarakat sampai kepercayaan mereka yang membuat mentalnya agak sedikit dewasa ketika berhadapan dengan misteri kehidupan.

“Untuk cita-cita saya ingin berkeliling dunia dan bisa mencapai puncak gunung-gunung yang ada di Indonesia dan dunia. Karena saya sadar bahwa hidup ini singkat.  Karena itu mestilah digunakan untuk menghasilkan pengalaman yang banyak dan manemukan suasana yang selalu baru tentunya,” jelas mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, jurusan Tasawuf Psikoterapi, Semester V.

Saat ini, pemilik 165 cm ini juga selain sibuk kuliah, juga hobi membaca buku, berdiskusi, Menulis dan mengurus organisasi.

“Adapun sosok yang saya idolakan yaitu Tan Malaka, karena tokoh revolusioner dan bapak bangsa yang dilupakan padahal jasa dan kontribusi dalam pembentukan negara Indonesia. Beliau besar sekali tapi dibunuh oleh elit politik bangsanya sendiri, intinya karena empati, simpati kagum dengan cerita keheroikan dan pemikirannya,” ulasnya.

Disamping itu Yukap juga berkata, bahwa ia banyak terinspirasi dari orang-orang yang bekerja di jalanan. Mulai dari tukang asongan, tukang parkir, kondektur, supir angkutan umum dan yang paling menginspirasi tentunya Ibunya sendiri. Karena ibu merupakan sosok yang mengajarkan kepadanya tentang kemandirian dalam hidup.

“Bagi saya, salasatu tugas kita adalah untuk menemukan makna dan membuat hidup ini bermakna. Karena saat ini saya melihat kehidupan ini tiada makna  atau kosong, kecuali kitalah yang memaknainya,” tandasnya.

Adapun hal yang selalu membuatnya bersemangat adalah pengalaman yang membuatnya sadar. Bahwa dalam kehidupan ini tidak ada kesempatan untuk mengeluh, karena kehidupan akan terus berjalan walau kita sedang terbaring di tempat tidur. Itulah konsekuensi ketika kita terjebak dalam realitas ruang dan waktu.

“Terakhir saya juga ingin menyampaikan untuk jangan lupa bahagia, karena hidup di dunia hanya sekali dan mati merupakan sesuatu yang pasti. Kenali dirimu sendiri, Jadikanlah altruisme sebagai prinsif hidup dalam bermasyarakat,” pungkasnya malam itu penuh semangat. (Tiwi Kasavela)

admin

Aurora “Berguna Bagi Keluarga dan Lingkungan”…!

Previous article

SDN 150 Gatot Subroto Kota Bandung yang Sarat Prestasi….!

Next article

You may also like

More in Featured