Jakarta, BEREDUKASI.Com — TIDAK terasa perjalanan panjang Dua Yayasan yang digagas almarhumah ibu Tien Soeharto telah berusia 51 tahun untuk yayasan Harapan Kita dan 33 Tahun Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan Pada hari Jum’at 23 Agustus 2019.
Menurut Sekretaris Jenderal YDGRK Mohamad Yarman, setahun sebelum pendirian YDGRK, bertepatan 40 tahun berdirinya Food and Agriculture Organization atau FAO di tahun 1985. Presiden Soeharto berkunjung ke markas organisasi naungan PBB itu, di Roma, Italia. Beliau membawa bantuan dari para petani Indonesia, berupa hasil pertanian kita yang saat itu berlimpah ruah. Pak Harto mengantarkan langsung sebagian hasil pertanian yang melimpah itu untuk disampaikan FAO kepada saudara-saudara kita di Afrika yang sakit dan meninggal akibat kelaparan.
Dari sejarah kita tahu, saat itu kemarau kelewat panjang, membuat orang-orang, terutama bayi dan banyak anak-anak, tidak mampu bertahan hidup. Dunia tergugah, hingga meluncurlah berbagai program besar, bahkan terbit pula satu lagu monumental yang hingga hari ini bisa kita rasakan getar kemanusiaannya “We Are The World”.
Indonesia saat itu bukan bangsa yang bisa berpangku tangan melihat fenomena yang mengguncang perasaan itu. Hati nurani masyarakat Indonesia terpanggil. Kita pun memberikan andil, yang kemudian dihargai tinggi. Kepada Presiden Republik Indonesia Mohamad Soeharto, organisasi federasi pangan dunia itu memberikan Medali dan penghargaan yang tinggi.
Teladan yang dilaksanakan suami tercinta telah menggerakkan hati Ibu Tien Soeharto melaksanakan keinginan terpendamnya, yaitu berbagi kasih sayang dan perhatian nyata kepada keluarga-keluarga Indonesia yang begitu merana karena tertimpa bencana.
Kedalaman rasa. Keinginan yang sangat kuat untuk menemani dan menyantuni, turut merasakan duka dan penderitaan sesama, segera dan seketika dapat dilaksanakan berkat bantuan dan dana yang terkumpul berkat kedermawanan masyarakat dan para pengusaha.
Kesetiakawanan sosial yang tulus telah 33 tahun diantarkan oleh seluruh Pengurus Yayasan Dana Kemanusiaan Gotong Royong Siti Hartinah Soeharto. Begitu bencana alam terjadi, mereka adalah yang terdepan berada di lapangan. Ibu Negara Tien Soeharto memegang langsung komandonya.
Ibu Tien Soeharto mempercayakan pengabdian besar ini turut dilaksanakan oleh putra-putri dan menantunya. Mbak Tutut, Mas Indra Rukmana, Mas Sigit, Mbak Titiek, Mas Tommy dan Mbak Mamiek Soeharto menjadi ujung tombak yang memecah kesedihan. Putra-putri Presiden ini menguatkan dan mengajak warga kembali menyusun harapan bahwa hidup tidak harus berhenti bermakna hanya karena bencana.
Mereka membawakan berbagai keperluan yang sangat dibutuhkan para korban musibah alam seperti angin ribut atau puting beliung, gempa-gempa tektonik yang menelan rumah-rumah warga dan jalan-jalan raya, gunung meletus, banjir bandang, gelombang pasang, tsunami, tanah longsor, kebakaran, juga para korban kemarau panjang.
Melalui Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan ini, putra-putri Presiden Soeharto dididik Ayahanda dan Ibunda sebagai ujung tombak pengantar Sila ke-5 Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Kiprah yayasan pun berskala Internasional dengan pemberian santunan untuk korban musibah di Saudi Arabia, korban perang Teluk Persia dan lainnya. Ibu Tien Soeharto sendiri seringkali mengantarkan langsung kebutuhan mendasar perkotaan di daerah seperti gerobak sampah dan merehabilitasi banyak perkampungan kumuh.
Yayasan juga mengadakan berbagai pelatihan dan simulasi bencana untuk para relawan, mengukuhkan keberadaan mereka, kemudian menyerahkannya kepada pemerintah daerah setempat untuk bertugas di lokasi-lokasi bencana.
Di bawah komando Ibu Siti Hardiyanti Rukmana, hingga kini Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan tetap melanjutkan bakti sosialnya. Generasi ketiga keluarga Pak Harto dan Ibu Tien tampak sangat bersemangat mengikuti jejak langkah eyang, ayah dan bundanya tercinta. Mbak Danty Rukmana, Mbak Eno Sigit, Mbak Gendis Trihatmojo telah menjadi bagian pasukan terlatih Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan Siti Hartinah Soeharto. Mereka kini ujung tombak pelanjut pengabdian Presiden RI ke-2 Bapak Mohamad Soeharto dan Ibu Negara Tien Soeharto, di ranah kemanusiaan tanah air Indonesia.
Tak terasa, selama 33 tahun berkiprah itu YDGRK telah menyalurkan bantuan sekitar Rp.64 miliar. Selama itu pula YDGRK telah menyalurkan bantuan di 1.099 lokasi bencana, pada 899 kejadian bencana di 34 Provinsi di Indonesia serta beberapa titik bencana dunia.
Sementara menurut Sekretaris Jenderal Yayasan Harapan Kita (YHK) Tb. Mohammad Sulaeman, pendirian YHK didirikan Almarhumah Ibu Hj. Siti Hartinah Soeharto buat dengan tujuan luhur meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia dalam arti seluas-luasnya. Ibu Tien mengelola Yayasan Harapan Kita bersama para wanita enerjik pada zamannya yaitu Ibu Siti Zaleha Ibnu Sutowo, Ibu Sri Dewanti Muhono, Ibu Kartini Widya Latief, Ibu Siti Maemunah Alamsjah, Ibu Wastuti Ali Murtopo dan Ibu Soetamtitah Soedjono Humardani.
Pak Harto, dengan keyakinan akan kemampuan sang istri, selalu mendukung setiap ide besar Ibu Tien, berikut pelaksanaannya. Dukungan penuh cinta dan kebanggaan dari seorang suami yang tahu benar kemampuan dan kehebatan istrinya. Pasangan yang visioner ini telah membuktikan bahwa tidak ada karya Ibu Tien Soeharto yang sia-sia. Bahkan hingga kini setelah Yayasan Harapan Kita berusia 51 tahun.
Dengan mendirikan Taman Mini Indonesia Indah, Ibu Tien menyatukan beragam budaya Nusantara, dilengkapi pengenalan flora, fauna, kuliner dan adatistiadat luhur bangsa kita, ke dalam Indonesia kecil yang dibangun secara lengkap dan modern.
Keberpihakannya pada teknologi disalurkan melalui Museum Iptek, Museum Listrik dan lainnya, agar sejak dini anak-anak Indonesia dapat meningkatkan pengetahuan dalam suasana Wisata yang menyenangkan.
Dengan semangat Edukasi yang besar Ibu Tien mendirikan Perpustakaan Nasional di Jl. Salemba Raya. Sementara kecintaannya pada anggrek mendorong adanya Taman Anggrek Indonesia Permai yang melestarikan ribuan jenis anggrek asli Indonesia.
Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita merupakan bukti perlawanan Ibu Negara Tien Soeharto terhadap tingginya angka kematian bayi dan ibu yang melahirkan di masa itu. Beliau ingin rumah sakit ini berperan besar membantu tumbuh kembang anak-anak hebat harapan bangsa dan menjadi pionir penggunaan teknologi kedokteran terbaru.
Pada Mei 1988 lahir bayi tabung pertama Indonesia. Dengan bahagia Ibu Tien Soeharto memberinya nama Nugroho Karyanto. Disusul bayi tabung kembar tiga yang juga mendapatkan nama dari Ibu Tien Soeharto yaitu Melati, Suci dan Lestari.
RS Jantung Harapan Kita menjadi medan pertempuran berikut Ibu Negara Tien Soeharto bersama Yayasan Harapan Kita. Dalam pengasuhan tangan dinginnya, rumah sakit ini menjadi yang pertama melakukan bedah jantung terbuka di Indonesia dan operasi jantung berteknologi tinggi lainnya.
Dengan aspirasi kasih dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, Yayasan Harapan Kita mendukung kedua rumah sakit ini berbagi teknologi berikut peralatan kedokteran terbaru pada rumah-rumah sakit pusat propinsi di Medan, Padang, Palembang, Semarang, Surabaya, Makasar, yang merupakan kota-kota berpenduduk padat.
Kini Yayasan Harapan Kita berlayar di bawah komando seorang nakhoda yang tidak kalah pintar, tegar dan kaya visi. Ibu Siti Hardiyanti Rukmana telah mengukir sejarah panjang pengabdian sosial masyarakat di dalam dan luar negeri.
Ia membentuk karakter unggul anak muda melalui Kirab Remaja Nasional Indonesia, juga menggelar pameran kerajinan berskala Internasional yang memasukkan devisa negara melalui para pembeli manca negara.
Ibu Siti Hardiyanti Rukmana adalah Wanita Indonesia yang memimpin langsung Karya Prestisius anak bangsa berupa pembangunan Jalan Layang TOL Pertama di Indonesia antara Cawang–Tanjung Priuk. Ia kemudian memimpin pekerjaan kontraktor konstruksi swasta pertama Indonesia di Malaysia dan Filipina. Kegiatan bersifat teknis itu diimbanginya dengan ajang pencarian bakat penyanyi remaja hingga mengelola klub olahraga softball dan baseball, serta banyak kegiatan lain.
Begitu banyak harapan baik untuk Bangsa dan Negara ini, yang selamanya menjadi tantangan yang meletupkan Visi, Karsa, Karya kita semua untuk mewujudkan Indonesia yang Sejahtera dan Bahagia. (BUYIL)