Bandung, BEREDUKASI.Com — BERANGKAT dari keprihatinan dan kepedulian Prof. Dr. H. Asep Saeful Muhtadi M.A. Pada daftar panjang kasus kekerasan atas nama agama yang semakin hari kian bertambah, baik di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia. Maka terciptalah buku “Komunikasi Lintas Agama”.
Dalam Bedah Buku “Komunikasi Lintas Agama” yang diadakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi FDK UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Yang bekerjasama dengan Penerbit Simbiosa, Rabu (18/9/19) di Lantai 4 Aula FDK kampus UIN SGD, Jl. A.H. Nasution No.105, Kota Bandung.
Prof. Samuh mengungkapkan, bahwa buku ini ia persembahkan untuk bangsa Indonesia. Agar tercipta kerukunan antar umat beragama, lewat toleransi dan saling memahami satu sama lain.
“Banyaknya kejadian Intoleransi agama, seolah tidak pernah berhenti dengan jatuhnya korban jiwa umat beragama. Fasilitas kehidupan beragama, seperti rumah ibadah, tidak luput dari sasaran kemarahan atas nama agama,” terang Prof. Samuh.
Hal yang membuat ironi, lanjut Prof. Samuh adalah peristiwa tersebut justru terjadi pada masyarakat yang sebelumnya dikenal rukun, santun, toleran dan nyaris tidak ada masalah. Diduga kuat, peristiwa-peristiwa kekerasan, berakar pada semakin meningkatnya sikap intoleransi umat beragama. Karena kehidupan beragama bersentuhan dengan variabel lain di luar agama. Seperti masalah Politik, Ekonomi dan Masalah Sosial lainnya.
“Kebekuan komunikasi menjadi titik awal persoalan-persoalan pecahnya ketegangan komunikasi. Sehingga berimplikasi pada semakin menegangnya relasi antarkomunitas,” tandasnya.
Usaha mendekatkan jarak antarumat beragama pun nyaris tidak pernah menemukan hasil. Dari hasil penelaahan sederhana, umumnya konflik bersumber dari kesenjangan komunikasi antarindividu ataupun komunitas. Miskin pertemuan sosial yang lebih egaliter dan kalaupun ada. Cenderung formalistis dengan hanya mengedepankan kepentingan politik pragmatis.
“Buku ini dirancang sebagai upaya rekayasa sosial, mempertemukan kesenjangan yang kerap terjadi. Dengan mengedepankan pendekatan yang lebih komunikatif. Dengan mengacu pada pendekatan komunikasi multikultural, untuk mencari solusi pencairan ketegangan yang kerap terjadi secara tiba-tiba,” paparnya.
Hadirnya buku ini juga untuk mengulas bagaimana usaha menemukan solusi. Menciptakan kehidupan harmoni di tengah masyarakat multikultur, seperti halnya di Indonesia. Juga formula penguatan kompetensi Komunikasi Lintas Agama. Sebagai salasatu alternatif menemukan solusi harmonisasi hubungan antar pemeluk agama yang berbeda. (Tiwi Kasavela)