Purwakarta, BEREDUKASI.Com — BAGI para Penikmat Kuliner, jika datang ke satu Daerah atau Kota. Biasanya yang pertama dicari adalah makanan atau Kuliner “Khas” nya.
Salasatu yang menjadi Kuliner “Khas” dari Purwakarta. Apalagi kalau bukan Sate Maranggi.
Tempat makan Sate Maranggi di Purwakarta, memang terbilang lumayan banyak. Mulai dari yang tingkat Restoran, Rumah Makan sampai tempat yang “menggelar” alias kaki lima.
Seperti yang terlihat di Jl. Suryawinata (Kebon Jahe) Purwakarta. Menilik tempatnya memang sangat sederhana sekali yaitu tendanya menempel pada satu gardu listrik, sementara tempat duduknya, menggunakan kayu papan, serta pikulan dimana tempat menyimpan tumpukan nasi yang terbungkus daun pisang. Dan terlihat ada acar dan tentunya dua rantang tempat bumbu Sate Maranggi yang “Khas” yaitu Kecap yang sudah diracik dengan Cabe Rawit (Cengek : Bahasa Sunda) dan beberapa racikan khusus “Resep Leluhur” keluarganya. Bahkan untuk membakar sate saja di trotoar.
Sate Maranggi H. Aneng sekarang ini, merupakan generasi ke dua.
“Bapak saya berjualan Sate Maranggi ini sejak tahun 1985. Dulu tempatnya disebrang sana. Bapak bekerja sebagai Masinis Kereta Api. Dan berjualan Sate Maranggi merupakan sampingan,” jelas anaknya H. Aneng yang ketiga dari lima bersaudara ini.
“Saya meneruskan berjualan Sate Maranggi ini, sudah 15 tahun meneruskan jejak bapa H. Aneng (alm). Dan saya tidak berani merubah resep “Resep Leluhur” untuk bumbunya,” imbuhnya lagi.
Tempat boleh sangat sederhana, tetapi jangan salah beberapa Pejabat pemerintah setempat. Kerap makan di tempat ini. Bahkan tidak jarang para Penikmat Kuliner sengaja datang dari Jakarta, Bandung, Cikampek, Karawang serta beberapa yang datang dari Makasar.
“Lucu banyak yang memesan dibakar setengah matang. Untuk dibawa ke rumah, Insya Allah rasa tidak akan berubah. Dan sate akan tetap renyah,” jelas anak H. Aneng ini.
“Saya juga tidak mengerti, mereka dapat informasi dari mana….? Cuma memang tempat ini, pernah diliput dan ditayangkan di TV Nasional,” imbuhnya lagi.
Jangan melihat tempat, tapi rasa yang sangat berbeda dengan tempat-tempat lainnya. Potongan daging sapi diselipin dengan potongan lemak atau (Gajih : Bahasa Sunda). Menambah aroma dan rasa semakin nikmat, bahkan makan sulit berhenti. Tiba-tiba perut kenyang dan puluhan tusuk Sate Maranggi dan beberapa bungkus nasi putih dibungkus daun pisang. Sudah menumpuk di meja. (HKS)