BANDUNG, BEREDUKASI.Com — Senyum hangat dan ramah menyapa Beredukasi.Com ketika menemui seorang guru yang sudah cukup lama terjun ke dunia pendidikan. Dra Ratih Pitasari M.pd merupakan salah satu guru yang berprestasi di SMAN 16 Bandung. Keterampilannya dalam membuat “Karya Tulis”, kerap membuatnya diundang untuk memberikan pelatihan mengenai karya tulis kepada berbagai macam sekolah yang ada di Bandung bahkan sampai ke luar kota.
Ratih mengungkapkan bahwa ini tidak lepas dari pengalamannya menjadi dosen selama 17 tahun di Fakultas Tarbiyyah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, sejak tahun 2000-2017.
“Karena saya sempat menjadi dosen, kemudian sering membimbing skripsi sehingga saya terbiasa menulis dan mengkoreksi karya tulis. seiring bergulirnya waktu ada beberapa teman guru yang berkonsultasi mengenai karya tulisnya, dan dari sana pada akhirnya mulai mengisi pelatihan,” tutur mahasiswa program doktor Manajemen Pendidikan Universiats Islam Nusantara (UNINUS) ini.
Selain mengajar Ratih juga kini tengah aktif dalam pelayanan pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas sendiri merupakan penelitian terhadap personal seorang guru dalam mengajar. Yang disusun untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan baik dari segi materi, metode dan penyampaian kepada siswa.
“Pelatihan Tindakan Kelas itu sangat penting, karena guru akan semakin termotivasi untuk memberikan pelayanan yang semakin baik kepada siswa hingga nantinya dapat menghasilkan siswa-siswi yang berprestasi dan pandai. tidak hanya dalam akademik, tapi juga karekter,” tutur Ratih yang mengajar Kimia di SMAN 16 sejak tahun 2007.
Lalu apa prinsip dan harapan Ratih dalam mengajar?
“Bagi saya mengajar adalah panggilan jiwa. Sejak kecil saya memang suka mengajar dan ketika saya sedang sakit jika dapat bertemu dengan anak-anak, maka saya akan terhibur dan lebih cepat pulih,” ujar Guru Kimia ini dengan senyum.
Selain itu Ratih juga bertutur bahwa prinsipnya dalam mengajar, tidak hanya dari materi saja. Namun bagaimana ia mampu membangun ahlak dan karakter siswa. Karena nilai-nilai kejujuran merupakan hal yang penting dalam perkembangan siswa yang meliputi keataatan dalam beribadah, kedisiplinan, toleransi dan peduli lingkungan. Tentunya ia berusaha untuk memberikan contoh yang baik bagi siswa didik, misalnya untuk tidak kesiangan di saat jam mengajar.
“Pengetahuan harus seimbang dengan ketakwaan, inilah yang mencoba dibangun oleh kami,” ungkap ibu dari satu anak ini.
Ratih juga menganggap bahwa pendidikan saat ini sudah cukup bagus, dari kurikulum pembelajaran yang berbasis “student center”. Dimana guru berperan sebagai fasilitator dan siswa diupayakan untuk aktif baik dalam berkomunikasi, daya kritis maupun kemampuan kolaboransinya. Oleh sebab itu ia juga terus meningkatkan kemampuannya dengan lebih banyak membaca, sebagai bahan referensi untuk mengajar.
“Sebagai guru saya berusaha untuk mencukupi 4 kompetensi profesional pedagogik, baik sosial dan kepribadian yang harus dimiliki guru agar menciptakan siswa yang kreatif,” ujar perempuan yang lahir pada tanggal 9 September 1966 ini.
Kedepannya Ratih berharap bahwa pendidikan di Indonesia akan semakin baik, terlebih dengan guru-guru yang semkin kompeten dibidangnya. Kemudian dia juga ingin menularkan semangat membuat karya tulis bagi para pendidik
“Saya ingin menjadikan anak didik saya menjadi manusia-manusia hebat, itulah alasan kenapa saya terus belajar dan mengembangkan potensi diri, agar saya bisa memebrikan yang terbaik untuk mereka,” tutup lulusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini yakin. (Tiwi Kasavela)