Bandung, BEREDUKASI.Com —
SUNGAI Cikapundung merupakan Sungai Purba yang memiiki panjang 28 Kilometer, yang membelah Kota Bandung.
Sungai ini berhulu di sekitar Gunung Bukit Tunggul di Utara Kota Bandung dan bermuara ke Sungai Citarum.
Memang sejumlah Kota Besar di dunia memiliki sungai yang membelah Kotanya. Sebut saja, sungai Thames yang membelah London Inggris atau Sungai Cheonggyecheon yang membelah Kota Seoul Korea Selatan.
Bahkan ada istilah sekedar candaan, bahwa Sungai Cikapundung. Disebut sebagai sungai terpanjang di dunia, karena membelah Asia-Afrika.
“Ya…itu sekedar candaan saja. Karena Sungai Cikapundung, memang melewati Jl. Asia Afrika yang menjadi salasatu “Ikon” Kota Bandung. Bahkan sekarang banyak setan-setanan bergentayangan (maksudnya: Banyak yang mencari rejeki dengan memakai riasan sampai kostum macam-macam setan yang menakutkan. Ada juga yang memakai macam-macam pakaian Super Hero) hahahaha…..,” kelakar salaseorang pedagang yang berdagang diseputaran pinggir Sungai Cikapundung Jl. Asia-Afrika, Bandung.
Konon zaman “baheula”, Sungai Cikapundung juga sejajar dengan Jl. Braga yang jadi “ikon” Parijs van Java. Tidaklah mengherankan, jika pada 1960-an, nama Sungai Cikapundung. Diabadikan dalam lagu yang dinyanyikan Titim Fatimah, “Cikapundung”, juga dalam lagu Pop Sunda “Sorban Palid”.
Sungai Cikapundung berasal dari bahasa Sunda Ci Kapundung. Artinya Sungai (Ci, cai: air) dan nama sejenis buah-buahan, Kapundung atau Kepundung (Baccaurea spp).
Bagi Kota Bandung, Sungai Cikapundung juga merupakan salasatu sumber air bersih bagi warganya. PDAM Tirtawening menggunakannya sebagai sumber air bersih. Debit yang diambil + 840 l/dtk, 200 l/dtk kemudian diolah di Instalasi Pengolahan Badaksinga. Sedangkan 600 l/dtl diolah di Instalasi Pengolahan Dago Pakar dan 40 l/dtk diolah di Mini Plant Dago Pakar.
Sungai ini pernah beberapa kali kebanjiran pada Masa Kolonial tahun 1919 hingga menjelang kemerdekaan 1945. Kemudian oleh Pemerintah Kolonial, selain tersedia program perbaikan bantaran sungai, juga dibangun Lintasan Kereta Api atau Viaduct (Bahasa Belanda: Jembatan Di Atas Jalan/Sungai). Pada tahun 1939 di Daerah yang dulunya disebut Kebon Jukut, sekarang Daerah itu lebih dikenal dengan sebutan Viaduct (Viaduk).
Saat ini, Pemerintah Kota Bandung terus berupaya untuk memulihkan Sungai Cikapundung. Sejumlah perbaikan telah dilaksanakan Pemkot Bandung di sungai tersebut. Mulai dari secara rutin membersihkannya, hingga mencoba mengubah perilaku warga agar tak membuang sampah ke Sungai Cikapundung. Salasatunya juga melalui program “Citarum Harum” yang kini masih terus bergerak.
Di sejumlah bagian, Sungai Cikapundung juga telah dipasangi Trashrack. Hal ini untuk menjaring sampah.
Termasuk merevitalisasi bantaran Sungai Cikapundung di sejumlah titik sepanjang 420 meter. Tepatnya di mata air Cibarani, Kelurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap. Tidak hanya itu, sejumlah mata air yang berada di dekat Sungai Cikapundung juga dipelihara.
Tetapi sayang sekarang, salasatu sumber air yang sangat besar sudah berada di area salasatu Apartemen (Dulu Pemandian/Kolam Renang Cihampelas). Juga beberapa sumber air di dekatnya, sudah menghilang menjadi Komplek Perumahan dan pemukiman umum.
Kini Sungai Cikapundung semakin cantik dengan hadirnya “Teras Cikapundung”. Yang lokasinya terletak di Jl. Siliwangi Kota Bandung. Dan “Teras Cikapundung”, kini menjadi salasatu Destinasi Wisata di Kota Bandung. (Hum/HKS).