BANDUNG, BEREDUKASI.COM — SEDIANYA Jalan Tol berfungsi untuk mengurai kemacetan dan atau mempercepat jarak tempuh. Bahkan digadang-gadang sebagai jalur ternyaman, teraman diperjalan sambil menikmati pemandangan serta suguhan menu makanan di Rest Area.
Jalan Tol juga disebut-sebut sebagai jalur yang bisa menekan angka kecelakaan lalulintas yang menimbulkan korban jiwa. Mungkin kita sepakat, apakah bener menggunakan tol perjalanan terhindar dari kemacetan. Terus apakah bener juga jalan tol merupakan jalur teraman saat berkendaraan roda empat. Dan apakah benar jalan tol adalah perjalanan sambil menikmati pemandangan sepanjang jalan. Atau apakah bener sebagai jalur tercepat menempuh perjalan jarak jauh.
Sederet pertanyaan itu bisa disebut mewakili segudang pertanyaan lainnya yang kerap terdengar di media cetak, elektronik, medsos dan lain sebagainya sering terjadi kecelakaan di jalan tol hingga merenggut korban jiwa.
Menelisik awal pembangunan jalan tol yang di awali pada Dekade Orde Baru Kabinet Pembangunan II atau Pelita II (1 April 1974 – 31 Maret 1979). Dimana saat itu Presiden Soeharto dalam sejarah yang pertama kalinya meresmikan Jalan Tol Jagorawi.
Tepat tanggal 9 Maret 1978 saat Soeharto meresmikan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) sepanjang 490 Kilometer, menjadi tonggak sejarah bagi perkembangan dunia Transportasi Indonesia.
Hingga pembangunan ruas Jalan Tol terus berkembang dimana-mana. Hutan, Kebun, pemukiman penduduk, Tempat Pemakaman Umum (TPU) hingga tempat yang dikeramatkan dibabad habis terdampak proyek pembangunan Jalan Tol.
Kucuran Dana terus digelontorkan dalam proyek pembangunan tersebut. Melibatkan unsur terkait mulai dari pemerintah, pihak swasta (investor) hingga merambah ke bank dunia.
Sejalan dengan terus meningkatnya pelayanan dan penyediaan ruas jalan tol, timbul beragam peristiwa kecelakaan dan merenggut korban jiwa yang tak sedikit. Tudingan pun muncul dengan beragam asumsi. Ada yang menyebut faktor human intrest, ada juga yang mengaitkan dengan hal mistik, meminta korban atau tumbal.
Anehnya, kecelakaan itu pun terjadi di tempat tempat yang disakralkan oleh warga. Entah faktor kebeteluan atau sebagai sebuah keteledoran sang pengemudi, sehingga dalam jarak sekian meter dari radius yang disakralkan telah terjadi tanda tanda.
Lepas dari itu semua, itulah sebuah kenyataan berlalulintas saat berkendaraan. Ada istilah yang menyebutkan, ‘Kalau tidak ditabrak orang, pasti menabrak orang, meski berhati-hati dan waspada tetap mengalami kecelakaan karena telah berkendaraan’.
Menurut salaseorang Pengamat, Pemerhati Kontruksi Jalan Raya dan Jalan KA, Gatot Rusbintardjo dalam tulisannya yang disebar melalui Medsos (Media Sosial), menyebutkan Jalan Tol di indonesia tidak Aman.
Tulisan Gatot Rusbintardjo itu di kirim oleh Bika ke grup WahtsApp Kejakimpol pada Jumat 5 November 2021 pukul 08.49 WIB. Dia menyebutkan, kenapa Jalan Tol di Indonesia Tidak Aman. Ada beberapa faktor menurut penilaiannya.
Pertama adalah Perkerasan jalan dibuat dari perkerasan kaku, yaitu dengan Beton Semen. Dijelaskannya, kondisi ini tidak mempunyai Skid Resistance atau kecil Skid Resistance-nya. Skid Resistance adalah daya cengkeram ban dengan permukaan perkerasan jalan.
‘Karena Skid Resistennya kecil atau bahkan nol, maka apabila mobil melaju dengan kecepatan tinggi dan mengerem, mobil tidak segera berhenti karena tidak ada daya cengkeram yang memadai antara ban dan permukaan perkerasan jalan,’ tulis Gatot.
Disebutkannya, mobil akan meluncur cukup jauh sebelum berhenti sehingga sering terdengar mobil menabrak truck atau mobil lain yang ada didepannya.
‘Untuk menghindarinya, harus diingat, jalan beton bukan jalan untuk kecepatan tinggi,’ jelasnya.
Masih dalam tulisan itu, poin kedua, ditengah Jalan Tol kerap ditemukan pembatas dinding beton yang tebal dan kokoh. Akibatnya, jika ada mobil yang selip atau kemudinya berbelok. Maka akan menabrak tembok beton dan karena kecepatannya tinggi, akibatnya fatal.
Jadi jelas Gatot, Jalan Tol yang aman ditengahnya (mediannya) harus berupa rumput dengan lebar minimal 2 x 5 meter, dengan kelandaian 5% (seperti jalan Tol Jagorawi pada awal dibuatnya).
‘Dengan demikian jika ada sopir mengantuk atau mobil pecah ban, mobil tidak menabrak tembok beton, tetapi meluncur diatas rumput yang landai dan akhirnya berhenti dengan selamat,’ tuturnya dalam tulisan tersebut.
Diingatkannya, tetaplah waspada dan berhati hati saat berkendaraan di Jalan Tol. Janganlah terkecoh dengan jarak tempuh yang cepat. Banggalah dengan keselamatan meski harus menempuh waktu sedikit lambat ketimbang cepat dengan resiko tinggi. (Ombik).