TASIKMALAYA, BEREDUKASI.COM, — MUSIM Hujan telah tiba. Sebagian wilayah di Jawa Barat diguyur hujan. Bahkan sejumlah tempat dikabarkan dilanda bencana. Mulai tanah longsor, tanah amblas hingga menutupi sebagian badan jalan. Bahkan dikabarkan aliran sungai tidak bisa menampung datangnya air, hingga meluap dan menggenangi pemukiman warga.
Tidak hanya disitu, sejumlah pohon besarpun roboh diterpa aingin beserta hujan hingga menimbulkan korban jiwa. Pohon tua tersebut tumbuh di tepi jalan dan oleh pemerintah keberadaanya terus di pelihara. Namun tidak diimbangi perawatan kondisi fisik pohon tersebut.
Lepas dari itu semua, sisi lain dari datangnya musim hujan ternyata masih tersimpan satu mainan anak-anak yang menjadikannya sebagai ajang hiburan dan bermain bersama sebayanya. Halnya di Kampung Babakan RT.03,RW.03, Kelurahan Tamanjaya, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Guyuran hujan yang terus membasahi wilayah tersebut sejak sepekan. Dimanfaatkan sejumah anak usia Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak untuk bermain ‘Huhujanan’. Keceriaan mereka terlihat asyik, menikm kecil diantara pekarangan rumah serta bahu jalan.
Mereka tak menghiraukan suasana sekitar saat kendaraan bermotor melintas, atau tidak terpikir setelah ‘Huhujanan’ akan terasa ‘Tiris” (Kedinginan). Yang ada dibenaknya adalah melampiaskan kesenangan saat hujan turun.
Seperti yang diutarakan seorang anak perempuan usia kelas empat SD. Dia bersama teman temannya mengakui ‘Huhujanan’ adalah cara bermain air yang mengasyikan.
‘Biasa pak huhujana resep jaba seueur batur deui. Ulah teuing difoto ah jeung ditulis sagala. Mani geuleuh kitu si Bapa (Main hujan hujanan sudah biasa pak. Aduh jangan difoto apalagi ditulis. Kok si Bapa begitu menjijikan ih),’ kata seorang anak yang tak mau disebut nama sambil menyiram air hujan ‘Cileuncang’.
Salaseorang orangtua anak yang bermain hujan-hujanan disaat musim hujan, menuturkan. Biarkan mereka bermain. Jika berusaha untuk melarang supaya tidak bermain saat hujan turun, dipastikan akan merengek-rengek tak karuan.
‘Jadi pilihan akhir mah antep we sina anteng. Mun teu kitu sok ogo, jadi rungsing we ka urangna (Jadi biarkan saja dia bermain hujan hujanan, karena kalau dilarang akan membuat kesal,’ kata Ceu Pupun, salaseorang orangtua yang anaknya ikut bermain ‘Huhujanan’.
Ceu Pupun atau panggilan akrabnya Ibu (Bu RW) tidak mengkhawatirkan anaknya sakit setelah bermain hujan-hujanan.
‘Nu penting mah sehat we. Asal urangna kudu tarapti. Budak geus katingali balik, langsung mandian ku cai tiis. Geus beres mandi bere kadaharan nu hararanet. (Yang penting sehat. Asal kita sebagai orangtua harus sigap. Begitu dia pulang, langsung suruh mandi. Usai mandi kasih makanan yang hangat-hangat),’ tambahnya lagi
‘Huhujanan’ merupakan jenis permainan anak-anak yang masih terlihat hingga saat ini. Bahkan jenis yang satu ini keberadaannya di kota-kota besar sudah menghilang. Kalau pun di Desa masih terlihat, itu hanya faktor keberuntungan. (Ombik).