BANDUNG, BEREDUKASI.Com — Cakap, berbakat dan gemar dalam mengekplore diri, begitulah Darryl Max Hagi Salhuteru atau yang biasa dipanggil “Darryl” Jajaka kelahiran Bandung, 14 Maret 1995 ini merupakan “Jajaka Pinilih Kota Bandung 2017”. Tentunya ia juga memiliki semangat untuk mengajak muda-mudi Bandung kembali mengenal dan mencintai budaya sunda.
”Jujur saya tidak menyangka mendapatkan tanggung jawab menjadi Jajaka Pinilih Kota Bandung, saya melihat kemenangan ini bukan akhir dari perjuangan saya, malah awal dimana saya harus menggali ilmu lebih dalam tentang Bandung,” ucap Darryl yang hobi benyanyi dan bermain musik ini.
Darryl bercerita bahwa awalnya ia direkomendasikan oleh teman-temannya untuk mengikuti “Mojang Jajaka”. Namun karena merasa sangat awam, mulanya berniat untuk mengurungkan niat diri saja. Tapi seiring dengan bergulirnya proses, muncul ketertarikan dalam dirinya terhadap ajang tersebut dan Darryl pun mulai belajar banyak hal.
“Tentu sangat menyenangkan, banyak kegiatan yang kita lakukan diantaranya, mengadiri event penghargaan budaya dan pariwisata, kemudian menyambut tamu kehormatan juga kegiatan social,” tutur mahasiswa Manajemen UPI angkatan 2013 ini.
Selain menjadi Jajaka Pinilih Kota Bandung 2017, Darryl juga masih sibuk berkuliah, menjadi penyiar OZ Radio Bandung sejak 2014 dan menjadi MC di beberapa kegiatan. Kedepannya ia berharap bisa menjadi seorang “entertainer” sukses, di bidang radio atau presenting.
“Motto hidup saya adalah 100 atau 0. Jika melakukan sesuatu kita harus yakin 100 persen dengan apa yang akan kita tuju dan apa yang kita dapatkan,” tutur sulung dari dua bersaudara ini.
Darryl juga mengulas bahwa dia banyak terinspirasi dari kakeknya, yaitu “Max Isaac Salhuteru” yang mencintai budaya Sunda dan ikut berjuang dalam nasionalisasi perkebunan Belanda. Dari sanalah ia termotivasi untuk memberikan kontribusi yang lebih bagi kehidupan, bukan hanya untuk dirinya sendiri.
Sementara itu, mengenai prinsip Darry berkata, “Hal yang membuat saya produktif dalam hidup adalah Waktu, kita tidak akan pernah bisa mengembalikan waktu tapi waktu terus berjalan, pilihannya ketika waktu berjalan, akankah siap untuk bergerak atau tetap pada titik yg sama,” tuturnya.
Diakhir perbincangan Darryl berkata bahwa ia ingin mengajak anak muda untuk “mengenal” Bandung dimulai dari hal-hal yang kecil. “Sebelum kita melestarikan budaya Sunda, tentunya kita perlu mengetahui dan mencintai budayanya terlebih dahulu. Jadi yuk… kita kenali lagi budaya Sunda, karena Bandung adalah kota “Melting Pot” dimana banyak masyarakat selain Sunda. Dan “Nyunda” tidak harus dilakukan oleh orang Sunda saja kok hehe…,” tutupnya. (Tiwi Kasavela)