Bandung, BEREDUKASI.Com — FAKULTAS Adab dan Humaniora (FAH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Asosiasi Dosen Ilmu-ilmu Adab (ADIA) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Se-Indonesia. Menggelar International Conference on Humanities and Islamic Cilization (ICON-HIC) 2019 yang dibuka oleh Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Asep Muhyiddin, M.Ag. di Hotel Grand Aquila, Jl. Dr. Djunjunan No.116 Bandung, beberapa waktu lalu.
Ronald Lukens-Bull, Ph.D (Universitas North-Florida, USA), Prof. Dr. H. Sutrisno, M.Ag (UIN Sunan Kalijaga, Indonesia), Prof. Dudung Abdurrahman, M.Hum (UIN Sunan Kalijaga, Indonesia), Talal Ahmad el-Awwad el-Hassan, Ph.D (Sudan), Dr. Tengsoe Tjahjono (UNESA, Surabaya), dan Dr. Ajid Thohir, M.Ag (UIN Sunan Gunung Djati, Indonesia) tampil sebagai pembicara pada konferensi internasional ICON HIC 2019 bertajuk “Penguatan Khazanah Lokal dan Budaya Islam Dalam Menghadapi Tantangan Eevolusi Industri 4.0”.
Dekan FAH, Dr. H. Setia Gumilar, M.Si bersama Wakil Dekan I, Dr. Ading Kusdiana, M.Ag., Wakil Deka. II, Dr. Dedi Supriadi, M.Hum, Wakil Dekan III, Dr. Dadan Rusmana, M.Ag dalam kesempatan yang sama menjelaskan, ICON HIC 2019 merupakan bagian dari pertemuan Forum Dekan Fakultas Adab PTKIN se-Indonesia yang kesembilan belas dan kedua belas kali pertemuan tahunan ADIA sejak tahun 2008 yang dimulai di FAH UIN Ar-Raniri Aceh.
Dr. H. Setia Gumilar, M.Si menuturkan, “Pemilihan tema yang berkaitan dengan revolusi industri 4.0 ini dibagi ke dalam sub tema: linguistik, sastra Islam, sejarah Islam, budaya Islam, sosial dan politik Islam, seni dan arsitektur Islam”.
“Tergerusnya niilai-nilai Kemanusiaan Mengingat era 4.0 merupakan kelanjutan Revolusi Industri generasi ke-4. Dan kini diarus-utamakan oleh pemerintah Jerman sebagai sebuah proyek dalam strategi teknologi canggih pemerintah Jerman. Yang mengutamakan komputerisasi pabrik dan korporasi sejak 2011,” ujar Setia Gumilar.
Dampaknya dari perubahan ini disebut-sebut bahwa masyarakat dunia mengalami disruption dalam segala bidang. Termasuk dalam ipteks, ekonomi, sosial, budaya, politik dan dunia pendidikan.
“Dampaknya diprediksi semakin memunculkan problem kemanusiaan, seperti tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan (Humaniora) dan Local Wisdom, karena terkooptasi oleh relasi dan kultur mekanik layaknya mesin. Relasi manusia pun semakin mekanistik, individualistik dan manusia layaknya robot yang hidup,” tegasnya.
Untuk mengantisipasi dampak revolusi industri 4.0 ini Dr. H. Setia Gumilar, M.Si menuturkan bahwa harus diupayakan banyak kalangan. Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Jepang yang mengupayakan “Grand Design” masyarakat 5.0 yang mampu menggunakan 7Ipteks namun tetap Humanis.
Di tengah-tengah perubahan itu, masyarakat muslim dunia, khususnya Indonesia. masih mengalami dinamika dan perkembangan di tengah-tengah modernisasi, globalisasi,l dan hegemoni peradaban Barat (Eropa dan Amerika), yang seakan semakin menegaskan adanya “Clash of Civilization”. Umumnya, masyarakat Muslim masih berjibaku untuk bangkit dari kemiskinan, kesenjangan Indeks Persepsi Manusia (IPM), serta ketertinggalan dalam Ipteks.
“Akhir-akhir ini, masyarakat Muslim masih menghadapi tentang issu radikalisme, terorisme, serta peningkatan eskalasi politik transnasional, terutama setelah Arab Spring,” paparnya.
FAH UIN SGD Bandung sebagai bagian dari lembaga pendidikan Islam, dituntut berperan aktif dalam pengembangan Ipteks dan masyarakat yang memiliki keseimbangan antara etos pengembangan Ipteks dengan Prophetic Ethics, khususnya terkait dengan Tridarma Perguruan Tinggi.
Dr. H. Setia Gumilar, M.Si berharap dengan digelarnya konferensi Internasional ini. Merupakan bagian dari upaya untuk terus mengembangkan penelitian dan pengembangan dunia keilmuan berparadigma Wahyu Memandu Ilmu (WMI), teori dan metode dalam kajian humaniora dan peradaban Islam. Secara ingtegratif dan holistik melalui multidisciplinary approach.
Bagi Dekan FAH UIN Alauddin ini, menyebutkan bahwa forum ini telah memberikan banyak manfaat bagi setiap anggota. Dan hendaknya ada regenerasi untuk masa-masa mendatang.
“Semua kesepakatan yang telah ditandatangani oleh pimpinan Fakultas Adab PTKIN Se-Indonesia dapat diimplementasikan untuk peningkatan kualitas lembaga dan civitas akademika masing-masing,” jelasnya.
Konferensi Internasional ini, melibatkan 24 Delegasi yang terdiri dari para ahli, akademisi, peneliti, prosfesional pada berbagai bidang keilmuwan. Dengan berusaha mendiskusikan inovasi-inovasi terbaru, trend, perhatian, tantangan-tantangan yang ditemui dan solusi-solusi yang diadopsi dalam kajian.
“Ada 62 Artikel Ilmiah yang dipresentasikan dan 250 partisipan yang terdiri 150 orang dari ADIA PTKIN Se-Indonesia dan 100 dari wilayah Bandung,” pungkasnya. (MIF)