Indramayu, BEREDUKASI.Com — PEMERINTAH Provinsi Jawa Barat, terus menggenjot implementasi program “Sekolah Ramah Anak” (SRA), khususnya di SMA/SMK se-Jawa Barat.
Namun bagaimana upaya untuk mendongkrak kepedulian para siswa itu sendiri dalam mensukseskan program SRA di sekolahnya…?
Pertanyaan tersebut dilontarkan siswa SMAN 1 Indramayu M. Ardan, saat Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat Netty Heryawan, melakukan kunjungan pada acara Roadshow “Bank BJB Kelas Ekstra” di SMAN 1 Indramayu Jl. Cendana VI no. 16-17 Pekandangan Kabupaten Indramayu, Rabu (14/03/2018).
Menjawab pertanyaan tersebut Netty menuturkan, salasatu upaya yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah yakni dengan memasang plang SRA yang didalamnya tercantum tiga nomor telepon. Dimana seluruh siswa, dapat menghubungi jika terjadi kekerasan. Ketiga nomor tersebut ialah nomor telepon Kepala Sekolah yang bersangkutan, nomor telepon Lembaga Pengada Layanan yang menangani kasus terkait seperti P2TP2A, serta nomor telepon unit PPA kepolisian setempat.
Dengan demikian Netty berharap, para siswa akan terdorong untuk meningkatkan “awareness” mereka terhadap ancaman kekerasan.
“Ini harus kita dorong terus, anak-anak (para siswa didik), agar berani melapor pada Guru atau orang dewasa yang diyakini bisa memberikan bantuan. Jika ada indikasi-indikasi kekerasan, narkoba, pergaulan bebas dan sebagainya,” ujar Netty ditemui usai acara.
“Ini juga menjadi “early warning system” bagi orang-orang yang berniat melakukan kejahatan, kekerasan, percobaan menawarkan narkoba maupun hal-hal yang dapat merusak di lingkungan sekolah,” lanjutnya.
Selain itu, Netty juga menghimbau pada para Guru untuk melakukan dialog dengan para siswa, guna menghadirkan proses belajar mengajar yang menyenangkan. Sehingga siswa didik merasa betah di sekolah.
Lebih khusus Netty meminta agar Guru hendaknya mengajari tanda-tanda kedewasaan, kesehatan reproduksi dan konsep diri para seluruh siswa didik. Hal tersebut, kata Netty, sangatlah penting agar siswa didik dapat mengenali tindakan apa saja yang termasuk kekerasan dan dampak negatif yang bisa timbul pada dirinya.
Netty menyebutkan, pihaknya sengaja melakukan kunjungan salam bentuk ‘roadshow” ke SMA dan SMK di Jawa Barat, untuk memastikan bahwa program SRA telah diimplementasikan secara merata. Sehingga sekolah tidak lagi menjadi penjara bagi siswa dan mampu membentuk karakter peserta didiknya.
“Sekolah bukan hanya tempat untuk “transfer knowledge”, tapi juga membentuk karakter dan akhlaqul karimah,” pungkas Netty.
Kepala Sekolah SMAN 1 Indramayu Hendhy Mukatmirah dengan bangga menegaskan. Sekolah yang dipimpinnya telah menjadi SRA berbasis bebas kekerasan, baik kekerasan dari Guru maupun dari siswa senior.
“Disini tidak kenal “bullying”,” tukas Hendhy dalam sambutannya.
“Kekerasan dari Guru ke murid, kekerasan antar siswa, disini tidak pernah terjadi,” sambungnya.
Pernyataan Hendhy tersebut diamini seluruh siswa yang mengikuti acara tersebut.
Sehari sebelumnya, Selasa (13/03/18), Netty Heryawan mengunjungi SMAN 1 Kota Bekasi Jl. KH. Agus Salim No.200 Kota Bekasi, dalam gelaran “roadshow” yang sama.
Usai berdialog dengan siswa-siswi SMAN 1 Kota Bekasi, Netty mengatakan sebetulnya semua sekolah siap untuk konsep “Sekolah Ramah Anak”. Mereka juga sangat sepakat.
Hal utama yang menjadi kunci adalah proses pembelajaran dibangun dengan suasana yang menyenangkan. Sikap guru yang memposisikan sebagai orangtua dan murid-murid sebagai anaknya, sehingga memudahkan anak menerima pelajaran.
Untuk Jawa Barat sendiri, Netty mengatakan 80% sekolah di Jawa Barat. Menerapkan tiga konsep “Sekolah Ramah Anak” yang meliputi pemenuhan unsur “software”, “hardware” dan “brainware”. (Red)