Bandung, BEREDUKASI.Com — BAHASA, kian lama semakin menjadi hal yang sangat penting.
Berangkat dari kumpulan para pemuda yang tertarik dalam bidang bahasa, kemudian bergabung membuat perkumpulan. Dan kini Komunitas “Polyglot Indonesia” yang awalnya berdiri di Jogyakarta sudah menyebar ke seluruh Indonesia.
Febri Darusman, selaku Koordinator “Polyglot Indonesia” di Bandung. Menjelaskankan bahwa ‘Polyglot” berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “poly” yang artinya banyak dan “glot” yang artinya “lidah”. Dengan demikian dapat diartikan dengan kemampuan dalam mengucapkan berbagai bahasa.
“Untuk “Polyglot Indonesia” chapter Bandung, kami memiliki anggota sekitar 145 orang. Dan ada 18 bahasa yang dipelajari mulai dari Bahasa Jepang, Korea, Mandarin, Thailand, Persia, Arab, Turki, Jerman, Italia, Perancis, Belanda bahkan bahasa Isyarat,” tutur Febri.
Febri juga menceritakan, bahwa “Polyglot Indonesia” kerap mendatangkan orang dari luar negeri, untuk mengajarkan atau berbagi pengetahuan mengenai bahasa, dimana mereka berasal.
Ada juga kelas mingguan bahasa, Kamis Inggris dan Sabtu Spanyol bersama Fealac Youth Centre.
“Kami juga membagi minat individu dalam sebuah bahasa yang dinamakan “laskar”. Ada laskar Thailand, Spanyol, Perancis dan yang lainnya. Agar lebih fokus dan terampil dalam berbahasa,” terangnya.
Selain mempelajari bahasa luar, “Polyglot Indonesia” juga mempelajari bahasa daerah seperti Sunda, Jawa bahkan bahasa Nias sebagai wujud apresiasi dan melestarikan budaya. Disamping memang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
“Jika ingin segera pandai berbahasa, pertama harus ada niat, cinta dalam mempelajarinya. Konsistensi juga sangat dibutuhkan. Dan jangan lupa dipraktekan dengan berkomuniaksi. Kalau serius pasti cepat bisa, tapi kalau ragu dan main-main pasti susah,” kata Febri.
Selain itu untuk orang yang ingin belajar bahasa dengan mudah, bisa lewat media kegemaran misalnya buku, film dan lainnya.
“Semakin banyak bahasa yang kita pelajari, semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang kita dapatkan. Intinya jangan ada di zona nyaman, karena dengan bahasa, manusia dapat menemukan jati dirinya dan mengenal kehidupan lebih luas,” pungkas Febri. (Tiwi Kasavela)