KABUPATEN BANDUNG, BEREDUKASI.COM — PERJUANGAN guna mempertahankan kelangsungan hidup. Bahkan pengorbanan pahit pun harus menebusnya, guna bisa bertahan melawan kebutuhan. Tak terkecuali meninggalkan jenjang Pendidikan di usia yang seharusnya menimba ilmu.
Lantas siapa yang harus disalahkan. Pemerintahkah yang tak becus memperhatikan kondisi ekonomi rakyat jelata ?
Ataukah kondisi Ekonomi yang digonjang-ganjing fluktuasi nilai dollar ?
Ataukah menuding dampak dari pandemi Covid-19 yang belum berkesudahan ?
Ya, itulah tudingan dan pertanyaan yang kiranya perlu diapresiasi. Karena dari fakta yang ada, warga Jawa Barat banyak yang Putus Sekolah akibat himpitan Ekomomi. Bahkan banyak ditemukan anak usia sekolah, harus berjuang mencari recehan sekedar bertahan hidup.
Dan dipaksa untuk menanggalkan bangku sekolahnya. Itulah yang dialami Ilham (12) dan Aldi (10) warga Kampung KebonCau, Desa Cipaku, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Mereka berdua rela bergelut mencari nafkah menjadi Kusir Delman.
Ilham mengaku, dirinya tidak melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya, akibat keterbatasan Ekonomi Orangtua. Menurutnya, kedua Orangtuanya sebagai buruh serabutan yang penghasilannya tak menentu.
‘Isin pak teu kenging ah ! Abdi mah tos teu sakola, kaluar. Malih SD ge teu tamat. Jabi hawatoska sepuh. (Malu pak jangan ah. Bahkan SD saja tidak tamat. Bahkan kasian Orangtua),’ tutur Ilham, dengan Bahasa dan logat Sunda-nya. Hal senada dikatakan juga rekannya bernama Aldi, yang mendampingi Ilham setiap jadi Kusir Delman.
Disebutkan Aldi, ia hanya menemani Ilham setiap harinya. Karena jika berada di rumah merasa tidak nyaman, melihat keadaan rumah yang serba kekurangan.
‘Saya mah ikut Ilham da aya di bumi hawatos ka sepuh. (Saya ikut Ilham. Sebab kalau ada di rumah kasian Orangtua),’ jelas Aldi, lagi-lagi dengan Logat dan Bahasa Sunda-nya.
Diakui Aldi jika layanan jasa berdua lagi mujur, penghasilan bisa dirasakan oleh dirinya.
‘Nya kumaha Ilham sadipasihana, etang-etang diajar jadi Kusir Delman we pak hehehehe. (Ya gimana Ilham saja memberi berapa, hitung-hitung belajar jadi Kusir Delman saja Pak),’ kata Aldi, sambil tertawa, ketika ditanya masalah honor.
Sementara menurut Ilham, penghasilan menjadi Kusir Delman setiap harinya gak bisa ditentukan. Selain tarip jarak tak ditentukan, juga ongkos yang diberikan penumpang atas dasar kesadaran.
‘Pami nu ngartos mah antawis Sambilalu ka Rumah Sakit Ebah teh Rp.4000,-. Sok aya oge nu masihan Rp.3000,-. (Kalau penumpang yang mengerti antara Sambilalu ke Rumah Sakit Ebah itu Rp.4000,-. Tetapi ada juga yang memberi Rp.300,-.),’ tutur Ilham.
Disebutkan Ilham, sewa delman setiap kali jalan dipatok Rp. 100.000,-. Dimulai dari pukul 06.00 pagi, hingga menjelang sore hari yakni pukul 13.00 WIB.
‘Kadang sok kengeng kanggo setor hungkul. Pami nuju rame mah aya langkungna dugi ka saratus rebu. (Kadang suka mendapat untuk setor saja. Kalau sedang ramai ada lebihnya, sampai Rp.100.000,-,’ tutur Ilham.
Uang dari hasil menjadi Kusir Delman digunakan untuk membantu kedua Orangtuanya, selebihnya dipakai buat jajan.
‘Pami aya langkungna lian jajan oge, sakedik diangge nyengcelengan. (Kalau ada selebihnya, selain dipake jajan suka ditabung juga,’ pungkas Ilham. (Ombik).