EkonomiFeaturedPemerintahanRagam

Bertani di Atap Rumah, Hasilkan Jutaan Rupiah

BANDUNG, BEREDUKASI.COM — PEMANFAATAN ruang sempit di tengah kota membuahkan hasil nyata di RW 7 Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung. Urban farming yang dikembangkan warga setempat mampu menghasilkan pendapatan hingga jutaan rupiah per bulan.
Inovasi pertanian perkotaan ini mendapat perhatian langsung dari Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, saat melakukan monitoring, Senin, 29 Desember 2025.
Urban farming tersebut dikelola oleh Bara Hidro milik Kartib Bayu bersama warga setempat. Uniknya, lahan pertanian tidak berada di tanah lapang, melainkan memanfaatkan atap bangunan di lantai empat.
Muhammad Farhan, Wali Kota Bandung.

Di lokasi ini, berbagai jenis sayuran ditanam dengan sistem hidroponik dan organik.

“Ini Urban Farming dalam arti yang sebenarnya. Dilakukan di tengah Kota Bandung, bahkan di atap rumah, tapi bisa efektif dan menghasilkan,” ujar Farhan.
Farhan mengapresiasi kreativitas warga RW 7 yang mampu mengubah keterbatasan lahan menjadi peluang ekonomi.
Menurutnya, urban farming ini menjadi bukti bahwa pertanian tidak harus selalu dilakukan di pedesaan, melainkan bisa tumbuh dan berkembang di kawasan perkotaan.
Dalam pengelolaannya, Bara Hidro menerapkan dua metode tanam. Sistem hidroponik masih menggunakan nutrisi berbasis kimia, sementara sistem organik sepenuhnya memanfaatkan pupuk alami tanpa pestisida. Pupuk organik tersebut dibuat sendiri dari sisa makanan dan sampah organik warga sekitar.
Farhan berharap konsep ini dapat direplikasi di wilayah lain. Ia menargetkan RW 7 menjadi kawasan yang semakin hijau dan produktif, sekaligus menjadi contoh pengembangan ketahanan pangan berbasis masyarakat.
“Kalau ini bisa dikembangkan, setiap RW bisa punya urban farming sendiri. Kota akan lebih hijau, warga lebih mandiri, dan ekonomi lokal ikut bergerak,” kata Farhan.
Sementara itu, Pemilik Bara Hidro, Kartib Bayu, menjelaskan seluruh proses dilakukan secara terpadu, mulai dari pembenihan, pembesaran tanaman, panen, hingga pengemasan dan pemasaran.
Urban farming ini telah berjalan sejak 2023 dan melibatkan sejumlah petani binaan di lingkungan sekitar.
“Dalam satu bulan kami bisa panen sekitar delapan kali. Totalnya kurang lebih 160 kilogram. Rata-rata pendapatan per bulan berkisar Rp.5-6 juta,” ungkap Kartib Bayu.
Selain mengelola lahan di atap bangunan, kelompok ini juga membina petani lain. Bibit disiapkan di satu titik, kemudian pembesaran dilakukan oleh petani mitra.
Setelah panen, hasilnya kembali diserap untuk dipasarkan bersama, sehingga menciptakan ekosistem pertanian perkotaan yang saling menguatkan.
Tidak hanya berdampak pada Ekonomi, Urban Farming RW 7 Suka Asih juga berkontribusi terhadap Pengelolaan Lingkungan.
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai Pupuk dinilai mampu mengurangi volume sampah sekaligus menghasilkan nilai tambah. (rob).

Related Articles

Back to top button