Malang, BEREDUKASI.Com — KABUPATEN Malang memiliki banyak ragam kesenian yang khas dan kaya. Salasatunya adalah ‘Wayang Orang Malangan”. Selain itu ada juga “Wayang Topeng Malangan”.
Kesenian wayang ini adalah manifestasi dari keragaman sub-kultur Kabupaten Malang, yang kemudian semakin mempertegas ikon wilayahnya.
“Wayang Orang Malangan” adalah seni pertunjukan “multi dimensi”. Cerita-ceritanya dapat dijadikan panutan, dan menjaga kearifan lokal,” ujar Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Ir. Edi Purwanto, MM, saat hadir di acara pergelaran “Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur” di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu (02/12/18).
Pergelaran “Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur” minggu ini. Diisi oleh Duta Seni Daerah asal Kabupaten Malang. Menampilkan “Wayang Orang Malangan” dengan lakon “Asmara Mahawira” yang disutradarai Eko Ujang K, SS.
Selaku penanggung jawab program, Edi berharap, “Wayang Orang Malangan” dapat dikenali yang mewakili karakteristik khas Kabupaten Malang. Maka kesenian ini harus dilestarikan. Dikemas dan dikembangkan sedemikian rupa. Agar “Wayang Orang Malangan” juga dapat menjadi ikon Kabupaten Malang,” jelasnya.
Dalam cerita wayang, lanjut Edi, terdapat nilai-nilai pandangan hidup, nilai moral dan estetika. Wayang memberikan gambaran kehidupan manusia dengan segala masalahnya. Cerita wayang tidak saja merupakan sumber pencarian nilai-nilai, tapi juga wahana atau sarana pendidikan.
“Cerita Wayang selalu memuat nilai pendidikan. Karena itu, Wayang bisa digunakan sebagai salasatu media untuk mengubah tingkah laku atau sikap seseorang dalam mendewasakan manusia,” kata Edi.
Pada akhir sambutannya, Edi menyampaikan, agar kesenian “Wayang Orang Malangan” tetap survival, para penggiatnya terus melakukan inovasi.
“Inovasi dari segi penggarapan sangat penting, hingga nanti harus difokuskan pada upaya menjaga nilai-nilai kearifan lokal. Selanjutnya seni budaya bisa menjadi pagar utama pertahanan bangsa yang kelak bisa menjadi pengarah bangsa dalam berkreasi,” harapnya.
Selain “Wayang Orang Malangan”, Duta Seni dari Kabupaten Malang juga menampilkan, tari “Topeng Bapang” dan tari “Bedhayan Malang”, Tari “Topeng Bapang” juga, merupakan Tarian Tradisional khas Malang. Yang menggambarkan tokoh Raden Bapang Joyosentiko dengan karakteristik sosok yang aktif dan tegas. Sementara “Bedhayan Malang”, merupakan tarian dengan gerak “Tandhak Tayub” khas Malang. Tarian ini sering digunakan untuk menyambut tamu, atau ucapan selamat datang.
Para seniman yang terlibat di pergelaran ini, Eko Ujang K, SS (Penulis Cerita dan Sutradara), Sumarsono (Penata Artistik), Nucifera Wardani, S.Kep Ners (Penata Panggung), Eko Ujang K, SS (Penata Tari), Pitoyo S. Tugas, (Penata Musik). Serta puluhan pengrawit, aktor, aktris panggung, penyanyi dan penari.
Duta Seni Kabupaten Malang ini, langsung di bawah pembinaan Wakil Bupati Malang, HM. Sanusi, selaku Pelindung. Bertindak sebagai Penasehat, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Made Arya Wedhantara, SH, M.Si. Serta selaku penanggung jawab, Kepala Bidang Kebudayaan, Ir. Edy Purwantoro, MM dan Bambang, S.Pd, M.Si, selaku Pimpinan Produksi.
Turut menyaksikan acara ini Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo, SS, MM. Jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Malang, serta warga dan pengurus Pawarta (Paguyuban Warga Jakarta) asal Jawa Timur.
Bertindak sebagai Juri Pengamat adalah, Suryandoro, S.Sn (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni & Budaya), Dra. Nursilah, M. Si. (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta) dan Catur Yudianto (Kepala Bagian Pelestarian dan Pengembangan Bidang Budaya TMII).
Di penghujung program “Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur tahun 2018”. Yang diselenggarakan Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur ini, akan menampilkan Duta Seni dari Kabupaten Jember, Minggu, 9 Desember 2018. (EK)