Prancis, BEREDUKASI.Com — ELIS Ratnawulan, Dosen Fakultas Sians dan Teknologi (FST) UIN SGD Bandung bertolak ke Le Studium Perancis. Untuk melakukan “Matchmaking of Collaborative Research” dengan sejumlah akademisi di Perancis.
Keberangkatan Elis Ratnawulan bersama tujuh peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) ini. Difasilitasi Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Ditjen Pendidikan Islam.
Mereka yang bersama Elis di Prancis adalah Khusna Amal dari IAIN Jember, Fajar Hardoyono dari IAIN Purwokerto, Mohammad Taridi dari UIN STS Jambi, Oki Darmawan dari UIN Raden Intan Lampung, Tjut Muthiadin dari UIN Alaudin Makasar dan Haris Simaremare dari UIN Suska Riau.
Direktur Diktis, Arskal Salim GP yang ikut mendampingi ke Perancis mengatakan, “Matchmaking of collaborative research tahun ini merupakan kali pertama di lakukan Kementerian Agama”.
“Dirinya menyebut istilahnya sebagai “1st Scientific Le Studium-Mora Matchmaking Workshop,” ujarnya di Orleans, Prancis beberapa waktu lalu.
Menurut Arskal, inisiatif dilakukan atas kerjasama dengan Kedutaan Besar Perancis di Indonesia. Melalui Institut Francais d’Indonesia (Institut Prancis Indonesia) dengan Direktorat PTKI.
Matchmaking Research merupakan proses penelitian kolaborasi dengan cara saling mencocokkan agenda riset. Antara pihak PTKIN dengan Le Studium Perancis dengan bidang kajian mencakup Sains, Teknologi, Humaniora dan Sosial Keagamaan.
“Ketujuh peneliti PTKIN yang hadir ini adalah para Dosen terpilih dan terseleksi dengan standar kriteria yang ketat. Sesuai dengan persyaratan dalam klaster penelitian kolaborasi Internasional dan terapan Global/Internasional,” ujar Arskal.
Yang di harapkan dari Matchmaking Research ini, dapat menjadi alternatif skema penelitian di luar dana penelitian yang lazim selama ini. Seperti BOPTN, BLU ataupun lainnya. Dengan skema ini, para peneliti PTKIN dapat melakukan sinergi dengan para peneliti dari Le Studium Perancis.
“Jika hal ini diwujudkan, maka kita dapat membuat terobosan baru dalam skema penelitian di PTKIN,” tutur Arskal.
“Sinergi ini juga dapat mengajak peneliti Perancis untuk ikut mendukung Publikasi Internasional. Sehingga masuk Scopus. Ini penting dalam upaya akselerasi Guru Besar Dosen dan Peneliti PTKIN,” paparnya.
Atase Sains dan Teknologi Kedutaan Prancis untuk Indonesia, Nicolas Gascoin, menyatakan bahwa Pemerintah Prancis menyambut baik dan memberikan apresiasi atas program ini. Bahkan, pihaknya mendorong untuk menjalin kolaborasi riset lebih lanjut dengan jaringan-jaringan yang dimiliki oleh stakeholder Pemerintah Prancis. (MIF)