Bandung, BEREDUKASI.Com — DENGAN menggunakan Kereta Api Argo Parahyangan, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) berangkat ke Jakarta. Dan kembali pulang ke Bandung dengan memboyong Penghargaan berupa Trofi Parasamya Purnakarya Nugraha.
Trofi Parasamya Purnakarya Nugraha adalah sebuah tanda kehormatan tertinggi, atas keberhasilannya dalam pelaksanaan pembangunan yang diberikan langsung oleh Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia.
“Kata kuncinya hanya satu yaitu “Komitmen”. Ini merupakan kunci keberhasilan,” ujar Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan.
“Satu komitmen Kepala Daerah ini, nanti masuk ke program kerja. Kemudian mengolah program tersebut, menjadi program pemerintahan yaitu Pembangunan di masyarakat. Maka seluruh Kepala Daerah baik dari tingkat Walikota/Bupati dan seterusnya. Harus meneguhkan komitmennya guna mensejahterakan masyarakat,” kata Ahmad Heryawan.
Selanjutnya adalah konsisten yaitu apa yang pernah dicapai, harus dipertahankan atau diusahakan agar hasilnya lebih baik lagi.
“Dengan kata lain, Prestasi harus jadi Tradisi,” tegas Aher.
Disamping itu Ahmad Heryawan menambahkan, bahwa diperlukan penyelarasan pembangunan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi serta Pemerintah Kota/Kabupaten. Hal tersebut merupaka salasatu “kunci’, peningkatan kinerja dan prestasi suatu daerah.
Selain itu pengawasan sangat diperlukan. Karena program hanyalah jadi program, jika tidak diawasi. Tidak akan ada dorongan untuk terlaksana dengan baik.
Pembangunan perlu diarahkan kepada program-program yang efektif, tepat sasaran, sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
“Juga efisien itu adalah biayanya tepat, tidak berlebih dan juga tidak kurang,” tandasnya.
Ahmad Heryawan juga mengakui, memang ada sedikit penurunan Prestasi kinerja Kota di Jawa Barat. Karena pada tahun lalu, empat Kota di Jawa Barat masuk 10 Besar. Adapun yang bertahan di 10 besar pada perolehan Penghargaan kali ini, adalah Kota Bandung. Bahkan Aher mengaku bersyukur juga. Sebab Kabupaten Kuningan masuk kategori Kepala Daerah Terbaik.
Adapun penilaian kinerja terbaik itu, berdasarkan pada hasil Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) setiap tahunnya.
Penilaian yang sesungguhnya, bukanlah penilaian dari Kemendagri saja. Penilaian kinerja pemerintahan ini, merupakan nilai komprehensif yang mencakup 700 indikator dari semua kementerian/ lembaga Pemerintah Republik Indonesia. Baik secara administratif, pembangunan daerah maupun sosial kemasyarakatan.
“Ini prestasi bersama, seluruh komponen masyarakat, tentunya termasuk juga media,” kata Aher.
“Sifat Egaliter (manusia sama derajatnya dihadapan Tuhan), harus tetap menjadi makna. Bahwa seorang pemimpin itu mampu memposisikan dirinya sebagai bagian dari rakyat kebanyakan,” kata Aher, sedikit bertausiah.
Kepemimpinan “gaya” Egaliter, banyak diminati oleh bawahan. Sebab sekat antara pemimpin dan yang dipimpin seakan-akan sama.
“Kalau generasi hari ini masih menerima perbedaan atasan- bawahan. Boleh jadi oleh generasi milenial, kita bisa dikritisi langsung. Maka kita harus rangkul seakan tidak ada sekat antara pemimpin dan yang dipimpin. Karena Kita tidak ingin ada kepatuhan semu, yang ABS (Asal Bapak Senang),” papar Aher.
“Semoga penghargaan ini jadi keberkahan untuk Jawa Barat,” timpal Aher, penuh harap. (HKS)