Bandung, BEREDUKASI.Com — PAGI menjelang siang, Kustini atau “Tini”, Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Jawa Barat. Mengulas tentang layanan ramah Disabilitas, cara berinteraksi dan membantu Disabilitas di kantor HWDI Jawa Barat JL. Turangga No. 25 Bandung.
“Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan atau sensorik dalam jangka waktu lama. Yang jika dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak,” jelas Tini mengawali perbincangan.
Adapun cara berinteraksi dengan Disabilitas pun bervariatif. Dengan Disabilitas Netra bisa dengan menyentuh pundak atau tangan. Penyandang Disabilitas Netra, saat hendak memulai pembicaraan.
Tanyakan kepada penyandang Disabilitas Tuna Netra tersebut, apakah mereka memerlukan bantuan.
“Perkenankan mereka untuk menggenggam lengan anda dan menentukan, apakah mereka lebih nyaman berada disebelah kiri atau sebelah kanan anda. Untuk menunjukkan posisi benda-benda, gunakan istilah sesuai jarum jam, misalnya jam 12 berarti lurus dihadapan, jam 3 berarti tepat disebelah kanan, jam 9 berarti tepat disebelah kiri,” ucapnya.
Saat mempersilahkan untuk duduk, lanjut Tini, bimbing tangannya kesandaran atas lengan kursi. Sehingga penyandang Disabilitas tersebut dapat duduk sendiri.
“Saat menggambarkan berbagai benda, gunakan kata-kata yang lugas dan tepat. Hindari kata yang samar seperti, “ini”, “itu”, “ disini” , “disitu,” terangnya.
Adapun untuk Disabilitas Rungu, untuk menarik perhatian orang yang Tuna Rungu, tepuk bahunya atau lambaikan tangan anda. Tatap wajanya secara langsung dan berbicaralah dengan gerak mulut yang jelas dan pelan. Sehingga ia dapat membaca gerak bibir anda, berbicara secara jelas namun tidak perlu berteriak.
“Gunakan bahasa tubuh dan ekspresi wajah untuk membantu komunikasi,” jelas Tini.
Gunakan perbendaharaan kata baku dan sederhana, jelaskan arti istilah yang tidak dikenali yang anda gunakan secara tertulis. Jika penyandang Disabilitas tersebut sulit memahami sebuah kata. Gunakan sinonimnya untuk menjelaskan kata tersebut.
Komunikasi secara tertulis atau melalui gambar dapat sangat membantu lancarnya komunikasi, “Adapun Disabilitas Daksa Sebelum memberikan bantuan, tanyakan kepada penyandang Tuna Daksa apakah mereka membutuhkan bantuan….? Biarkan mereka berpegangan pada tangan anda, jika kaki mereka kurang stabil,” ucapnya lagi.
Bila ia terjatuh dan berusaha berdiri ulurkan tangan anda. Sebagai pegangan, minta instruksi dari yang bersangkutan dalam membantu.
Jika berbicara dengan pengguna kursi roda cukup lama (misalnya : lebih dari satu menit ). Anda harus duduk ditempat duduk atau jongkok agar posisi muka anda dan pengguna kursi roda sejajar (ia tidak harus menengadah).
Bila menuruni bidang miring, pastikan posisi kursi roda dalam posisi mundur.
“Bila ia melakukannya sendiri, jaga posisi ujung bawah bidang miring. Untuk melewati tanggul injak bagian belakang kursi roda atau tekan bagian pegangan kursi agar bagian roda depan sedikit terangkat,” tandasnya.
Bila ia melakukan sendiri, jaga dibagian belakang kursi roda.
Jika pengguna kursi roda ingin berpindah tempat, duduk dan melakukannya sendiri. Pastikan kursi yang akan ia duduki berada didekatnya. Jaga posisi dibelakang kursi yang dituju.
Bila membantu melipat kursi roda tanyakan dulu kepada pengguna bagaimana caranya.
Tini mengungkapkan bahwa memahami dan mengetahui cara berinteraksi dan membantu Disabilitas akan mematahkan atau memupus persepsi, Serta paradigma negative masyarakat terhadap Disabilitas. Bahwa sesungguhnya Disabilitas bukan kelompok masyarakat “sakit” yang perlu dikasihani. Melainkan memberikan ruang yang seluas-luasnya, kepada Disabilitas untuk dapat berpartisipasi aktif sesuai dengan hak dan kewajibannya. (Tiwi Kasavela)