Bandung, BEREDUKASI.Com — Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhan dan hak anak.
Mengingat hal tersebut Pemerintah Kota/Kabupaten dan Provinsi, tengah gencar melakukan berbagai macam program salasatunya adalah program yang mampu memberdayakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Ditemui beberapa waktu lalu, Nani Triani S.Pd., M.Si, Pengawas Sekolah Pendidikan Luar Biasa (PLB) Disdik Provinsi Jawa Barat.
Mengulas bahwa pelaksanaan pendidikan harus memenuhi pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). Mulai dari Standar Isi, Lulusan, Penilaian, PTK, Pengelolaan, Pembiayaan, Sarana dan Prasarana.
“Pendidikan Luar Biasa, memiliki kurikulum yang fleksibel. Bisa saja setiap anak mendapatkan program yang berbeda, disesuaikan dengan potensinya masing-masing. Kurikulum yang di buat oleh pemerintah, dapat diadaptasi. Bahkan diomisi atau dibuang, jika memang kurikulum tersebut tidak sesuai dengan potensi anak,” ucapnya.
ABK juga, lanjut Nani harus diberikan kesempatan dan peluang untuk mengaktualisasikan potensinya. Potensi anak tidak hanya dalam Calistung (Baca Tulis Hitung). Tetapi setiap anak, memiliki kemampuan yang sangat banyak atau “multiple intelegen” termasuk didalamnya ABK.
“Tugas kita sebagai orangtua, Guru atau masyarakat. Adalah memberikan kesempatan kepada ABK. Orangtua juga diharapkan, dapat menerima keberadaan ABK dengan segala potensinya. Orangtua tidak selalu membanding-bandingkan dengan adik atau kakaknya. Apalagi sampai membedakan ABK dengan yang lain. Selain itu ABK jangan pula diperlakukan secara spesial, cobalah untuk diberikan tanggung jawab atau kepercayaan. Dengan mempertimbangkan jenis kekhususan anak tentunya. Misalnya dengan membereskan pekerjaan rumah yang sederhana. Lama-lama potensi ABK akan bagus, jika orangtua percaya dan mau mendampingi. Hal penting lainnya adalah kehangatan dari orangtua. Seperti pelukan juga, akan membuat ABK lebih percaya diri,” ungkap Nani.
Dengan demikian adanya kolaborasi yang harmonis antara pemerintah, keluarga, sekolah dan lingkungan. Adalah hal yang penting, termasuk juga bagaimana fasilitas umum dapat ramah untuk ABK.
“Sejak dulu kami juga gencar mensosialisasikan dan mengaktualisasikan pendidikan Inklusif yaitu bagaimana sekolah dapat memberikan layanan, sesuai dengan kebutuhan anak, ramah serta tidak ada diskriminasi,” tutup Nani petang itu. (Tiwi Kasavela)